Tribunjateng Hari ini
Devi Pilih Bayar Rp 10 Ribu ke Sekolah untuk Makan Siang Anak daripada MBG
Dapur sehat di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, mencuri perhatian publik.
Penulis: Achiar M Permana | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Dapur sehat di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, menjadi perhatian publik setelah beredar rencana bakal diganti program Makan Bergizi Gratis (MBG) milik pemerintah.
Namun, pihak sekolah dan orang tua siswa menolak program MBG.
Sejak pukul 05.30, kesibukan sangat terasa di dapur sehat SD Muhammadiyah 1 Ketelan.
Setiap hari, para juru masak bekerja keras di dapur yang terletak di kompleks sekolah, Jalan Kartini Nomor 1, RT 01 RW 09 Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota solo, untuk menyiapkan makan siang bagi 615 siswa sekolah itu.
Tepat pada pukul 11.30, makanan sudah siap.
Semua bahan makanan yang digunakan untuk makan siang siswa merupakan bahan segar.
Dalam proses memasak, para juru masak juga menggunakan sarung tangan dan masker untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Sejak 2015
Dapur sehat SD Muhammadiyah 1 Ketelan berdiri sejak 2015.
Siti Nur Handayani (45), salah satu juru masak, telah bekerja di dapur sehat SD Muhammadiyah 1 Ketelan, sejak awal berdiri, sepuluh tahun silam.
"Kami (memasak) mulai pukul 05.30 dari memasak nasi, bahan semua fresh tidak menumpuk,” kata Siti saat ditemui di sela-sela kegiatan memasak, Senin (29/9).
“Dari penyajian juga bersih, pakai sarung tangan, sesuai SOP. Yang jelas tidak menumpuk bahan," sambungnya.
Siti menambahkan, pengolahan bahan makanan dan tempat penyajian dilakukan secara terpisah untuk menjaga kebersihan dan higienitas makanan.
"Jadi biar semua aman, sehat dan fresh. Tidak menumpuk (makanan) kita," jelasnya.
Makanan disajikan secara prasmanan, memungkinkan setiap siswa untuk mengambil makanan dan lauk sesuai dengan selera mereka.
"Anak-anak mulai makan siang pukul 11.30 atau sehabis salat (zuhur)," ucap Siti.
Tanggapan wali murid
Sementara itu, wali murid SD Muhammadiyah 1, Devi (40), keberatan dengan program MBG dari pemerintah.
Devi memilih membayar Rp 10 ribu ke sekolah untuk menu makan siang anaknya, yang sudah menjadi program sekolah selama 10 tahun.
"Menolak (MBG) karena sudah ada kantin sehat, sudah teruji. Alhamdulillah, nggak ada kendala apa-apa, makanan juga higienis dan sehat. Soal MBG, kami sepakat menolak, takut dengan kasus keracunan,” kata Devi.
“Kami jadi lebih mendukung kantin sehat saja yang sudah 10 tahun berjalan,” katanya.
Devi mengaku, tidak keberatan apabila harus membayar Rp 10 ribu untuk dapur sehat.
Menurutnya pembiayaan untuk dapur sehat sudah masuk dalam Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP).
Devi mengaku khawatir karena makanan MBG dari pemerintah dimasak, pada dini hari.
"Dini hari dimasak dan baru di makan siang hari. Di kantin sehat, makanannya fresh,” katanya.
Menu sehat
Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Sri Sayekti mengaku, tetap ingin mempertahankan kantin sekolah yang selama ini mengurus makan siang siswa dengan menu yang sehat.
Sri menekankan pentingnya keberadaan dapur sehat dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.
"Jadi kantin bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Berdirinya kantin SD Muhammadiyah 1 Ketelan dulu adalah untuk menjadi upaya penjaminan mutu siswa supaya anak-anak bisa belajar dengan baik, sehat dan berprestasi," kata Sri.
Dia menambahkan, kantin sekolahnya mendapat predikat Kantin Sehat tingkat nasional dari Kementerian Kesehatan selama 2 periode berturut-turut.
Tentang pelaksanaan MBG, Sri Sayekti mengaku, akan berkoordinasi dengan orang tua siswa.
Selain itu, pihaknya masih memikirkan para pekerja kantin yang sudah 10 tahun mengabdi.
Sri berharap, program MBG dari pemerintah bisa dikelola sendiri oleh pihak sekolah.
“Jadi saya minta diberi waktu, karena kami punya dapur, saya minta izin untuk bisa berupaya terlebih dahulu untuk bisa mengelola sendiri selain saya harus berkoordinasi dengan orang tua siswa, menata mbak-mbaknya yang ada di dapur mempersiapkan diri secara mental karena pasti akan meninggalkan SD Muhammadiyah 1,” terangnya. (Woro Seto)
Aduh, Siswa SD di Banyumas Diare dan Muntah Seusai Makan Spageti Menu MBG |
![]() |
---|
Gelagar Tol Jogja-Bawen di Bawen Akan Dipasang pada Awal Oktober |
![]() |
---|
Sri Hartoto Jenuh Lihat Remaja Sering Tawuran di Semarang Utara |
![]() |
---|
Awas, Gerombolan Remaja Bawa Celurit Berkeliaran Dini Hari di Kendal |
![]() |
---|
Angka Pencatatan Perkawinan Setiap Tahun Selalu Turun, Kemenang sorot Pada 2024 Hanya Ada 1,5 juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.