Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Persiku Kudus

Kenangan Manis, Pelatih Fisik Persiku Kudus Budi Kurnia Kembali ke Semarang dengan Rasa Haru

Ada momen emosional yang dirasakan pelatih fisik Persiku Kudus, Budi Kurnia, saat kembali menginjakkan kaki di Stadion Jatidiri, Semarang.

F Ariel Setiaputra/ Tribun Jateng
Pelatih fisik Persiku Kudus, Budi Kurnia - 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ada momen emosional yang dirasakan pelatih fisik Persiku Kudus, Budi Kurnia, saat kembali menginjakkan kaki di Stadion Jatidiri, Semarang.

Meski kali ini datang sebagai lawan PSIS Semarang dalam laga pekan perdana Pegadaian Championship 2025/2026, Minggu (14/9/2025) malam, Budi tetap mengaku Semarang memiliki tempat istimewa dalam perjalanan kariernya.

Budi Kurnia memang bukan sosok asing bagi publik Semarang. Ia pernah menjadi pelatih fisik PSIS pada pertengahan musim 2018 hingga musim 2019.

Saat itu, ia datang bersama pelatih kepala Jafri Sastra. PSIS yang semula terpuruk di papan bawah klasemen sukses bangkit dan bertahan di Liga 1.

Baca juga: Gig Economy Fleksibel, tapi Adakah Kepastian Masa Depan Pekerja?

Baca juga: Warga Desak Penertiban Warung Remang-Remang Dekat SPBU Pantura Penundan Batang

“Semarang sudah kayak rumah sendiri, dua musim yang sangat berarti. Musim 2018 dan musim 2019 memang tujuh tahun yang lalu, namun kenangannya masih sangat membekas. Suka duka di tim ini, teringat suka dikala menang, teringat duka dikala kalah, semuanya jadi satu kenangan yang akan selalu membekas di hati,” kenang Budi Kurnia saat berbincang dengan tribunjateng.com.

Budi menuturkan, pengalaman bersama PSIS menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan kariernya.

“Awal datang PSIS posisinya di peringkat 18 paling bawah. Setelah saya dan Coach Jafri masuk di akhir musim, bisa naik ke posisi 8. Kirain dengan gabung PSIS yang posisinya bawah bakal membuat karir meredup, nyangka bakal degradasi, eh malah stay di Liga 1,” ungkapnya.

Meski kini berstatus lawan, Budi tidak bisa menutupi rasa haru ketika harus menyaksikan PSIS kebobolan dan ia bersorak untuk timnya sendiri, Persiku Kudus.

“Dulu bersorak ketika menang dengan PSIS, kini terasa berbeda harus bersorak ketika PSIS kebobolan. Sebuah ironi, namun terasa sedikit berbeda,” ujarnya.

Bagi pelatih yang masih berstatus lajang itu, Semarang bukan sekadar kota tempat ia pernah berkarir, tetapi bagian dari cerita hidup yang tak akan pernah terlupakan. 

“Lekas membaik Semarang, kamu bukan sekadar kenangan, namun kamu adalah bagian dari cerita kehidupan yang tak akan pernah dilupakan,” tutupnya dengan nada emosional. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved