Wonosobo Hebat

Stunting di Wonosobo Turun ke 23,9 Persen, Pemkab Perkuat Pencegahan dari Hulu

TRIBUN JATENG/IMAH MASITOH
PENCEGAHAN STUNTING - Kepala Dinkes Kabupaten Wonosobo, Jaelan Sulat. Pemkab terus memperkuat pencegahan dari hulu untuk semakin menurunkan angka stunting di Wonosobo. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Angka prevalensi stunting di Kabupaten Wonosobo pada 2024 tercatat sebesar 23,9 persen.

Ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 29,2 persen. 

Data ini berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode statistik Small Area Estimation (SAE) yang dirilis dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024.

Baca juga: Era Digital, Pemkab Wonosobo Minta Humas Tak Cuma Menyampaikan Tapi Penghubung Aktif dengan Warga

Kepala Dinkes Kabupaten Wonosobo, Jaelan Sulat menyampaikan, penurunan tersebut merupakan hasil dari konsistensi intervensi yang dilakukan lintas sektor.

Mulai dari pemberian makanan tambahan tinggi protein, penanganan anemia, hingga penguatan edukasi gizi sejak remaja putri.

Metode SAE dilakukan dengan menggunakan kombinasi tiga data sekunder yakni Potensi Desa (Podes), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan data prevalensi stunting sebelumnya. 

Jaelan menjelaskan, pihaknya tetap mencatat dan mengikuti hasil tersebut sambil terus memastikan kondisi real di lapangan.

“Kami menerima hasil apapun, yang penting kondisi real," ujarnya, Minggu (7/9/2025).

Sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Wonosobo telah menunjukkan keseriusan dalam menangani stunting. 

Pada 2024, Wonosobo menerima Dana Insentif Fiskal dari Pemerintah Pusat atas kinerja dalam penanganan stunting dan kemiskinan. 

Bahkan pada tahun yang sama, Wonosobo dinobatkan sebagai Juara 1 nasional kategori kabupaten/kota terbaik dalam implementasi audit kasus stunting.

Baca juga: Pemkab Wonosobo dan Bapas Magelang Jalin Sinergi Dukung Reintegrasi Sosial Klien Pemasyarakatan

Jaelan menjelaskan, program intervensi yang dijalankan Pemkab Wonosobo meliputi berbagai macam.

Antara lain pemberian dua butir telur per hari untuk anak-anak risiko stunting. 

Suplementasi zat besi dan zinc untuk anak-anak dan ibu hamil.

Screening dan pengobatan TBC, pneumonia, serta anemia. 

Serta edukasi gizi dan tablet tambah darah untuk remaja putri melalui aksi bergizi.

Meski angka saat ini masih di atas target nasional (14 persen pada 2024), Pemkab Wonosobo optimis dapat terus menekan angka tersebut.

“Saya berharap dengan angka yang masih tinggi 23,9 tidak menurunkan tentang stunting."

"Yang saya takutkan isu stunting bukan masuk program prioritasnya Presiden."

"Jadi saya berharap tidak lantas ditinggal."

"Ini menyangkut masa depan anak-anak,” jelasnya.

Jaelan menambahkan bahwa fokus utama Pemkab saat ini adalah memperkuat pencegahan sejak hulu.

Dimulai dari edukasi gizi remaja, kesiapan calon pengantin, hingga pemenuhan gizi ibu hamil dan balita.

Dengan komitmen yang terus diperkuat di berbagai lini, Pemkab Wonosobo menunjukkan bahwa penurunan angka stunting bukan hanya capaian statistik, melainkan wujud nyata keberpihakan pada masa depan generasi. 

Meski tantangan masih ada, optimisme dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk mewujudkan anak-anak Wonosobo yang tumbuh sehat, cerdas, dan bebas dari stunting. (*)