Wonosobo Hebat
Cegah Keracunan Makanan, Dinkes Wonosobo Terapkan SOP Ketat di Program MBG
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Guna menjamin keamanan pangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo menerapkan prosedur ketat dalam pelaksanaannya.
Sejak awal pelaksanaan di Januari 2025, Dinkes Wonosobo melakukan inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL), pelatihan penjamah makanan, hingga pengujian rasa harian dilakukan demi mencegah potensi keracunan makanan.
Baca juga: 23 SPPG di Wonosobo Sudah Jalani IKL dan Beroperasi, 73.748 Orang Terlayani Program MBG
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Jaelan, mengatakan pengalaman dari uji coba pada tahun 2024 lalu menjadi bekal penting untuk memperkuat mitigasi risiko keamanan pangan.
“Akhir tahun 2024, kita ditunjuk sebagai salah satu kabupaten untuk uji coba pelaksanaan MBG dengan dana dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Sehingga dari bekal pengalaman itu, kita bisa memitigasi lebih untuk risiko keamanan pangan, keracunan pangan di Kabupaten Wonosobo,” ucapnya, Rabu (1/10/2025).
Dinas Kesehatan juga membentuk tim keamanan pangan di masing-masing satuan pendidikan dan masyarakat.
Mereka dilatih melakukan uji organoleptik, yaitu metode deteksi mutu makanan melalui indera penglihatan, penciuman, dan pengecapan.
“Kalau dilihat sudah basi ya sudah, berarti harus dikembalikan, nggak boleh disajikan,” ujar Jaelan.
SOP mengharuskan setiap SPPG menyediakan satu porsi makanan lengkap setiap hari untuk diuji secara organoleptik sebelum disajikan ke siswa.
Jika sampel makanan terindikasi basi atau tidak layak, seluruh batch ditarik.
“Kalau dari dilihat, dibau aman, kemudian kalau dicicipi rasanya berbeda, berarti itu tidak boleh,” tambahnya.
Selama berlangsungnya MBG di Wonosobo, Jaelan menyebut baru ada temuan satu dua kasus makanan yang dikembalikan karena terindikasi basi, namun belum sempat disajikan ke siswa.
Sebagai bagian dari SOP, setiap SPPG diwajibkan menyimpan satu porsi lengkap makanan yang diberikan setiap hari dalam freezer selama 2x24 jam.
Tujuannya sebagai bahan pemeriksaan laboratorium apabila terjadi kasus keracunan makanan.
Jaelan menambahkan, berdasarkan hasil uji coba MBG yang dilakukan di tahun 2024 pada sejumlah SD di Wonosobo menunjukkan hasil positif.
Baca juga: Nasib 2 Cucu Mahfud MD Seusai Keracunan MBG, Satu Masih Terbaring di RS: Muntah Hebat
Selama masa uji coba 25 hari, dilakukan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan, dan kadar hemoglobin (HB).
“Itu memang ada kenaikan, ada kenaikan di indeks massa tubuhnya, juga ada kenaikan kadar hemoglobinnya itu," sebutnya.
Namun Jaelan menggarisbawahi bahwa hasil tersebut tidak semata-mata dipengaruhi program MBG karena masih banyak variabel lain yang mempengaruhi status gizi anak. (ima)