Wonosobo Hebat
Kisah Yanuardi Pemuda Wonosobo, Menyulap Pematang Sawah Jadi Ladang Cuan
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Dari pematang sawah yang dianggap remeh, Yanuardi Yusuf (27), anak muda Wonosobo bisa memanfaatkannya menjadi ladang cuan.
Di saat banyak anak muda berbondong-bondong merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, Yanuardi Yusuf justru memilih jalan yang berlawanan.
Pemuda asal Desa Pakuncen, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih dari tanah kelahirannya.
Dengan logat khas Wonosobo, Yanu sapaan akrabnya mengisahkan perjalanan hidupnya memulai ide ini.
Baca juga: Perhutani Ungkap Tambang Ilegal di Kebumen Tempat Tewasnya Warga Grobogan Adalah Lokasi Baru
Baca juga: UIN Walisongo Gelar Latihan Kepemimpinan Mahasiswa: Bentuk Pemimpin Responsif dan Berkarakter
Seperti anak muda pada umumnya, awalnya ia juga tidak begitu tertarik pada dunia pertanian.
“Dulu cuma sekadar bantu-bantu, kadang belum selesai sudah saya tinggal.
Namanya juga masih muda, pikirannya pengin main dan jalan-jalan.
Pernah juga kepikiran buat kerja di kota,” ungkapnya.
Namun, arah hidup Yanu berubah saat ia memperhatikan cara ayahnya mengelola sawah, menanam tomat dan terong di pematang atau galengan sawah.
Dari situ, ia menyadari potensi besar yang tersembunyi di tanah desa.
“Dari situ saya lihat, ternyata bisa dapat uang lebih cepat. Nggak harus nunggu panen padi.
Kalau sayur seperti tomat atau terong itu kan 70 hari sudah mulai panen, jadi sambil nunggu padi yang 115 hari, sudah ada pendapatan dulu,” terang Yanu.
Dorongan itu membuatnya berani berdiskusi dengan ayahnya untuk mengelola lahan sendiri.
Melihat kesungguhan anaknya, sang ayah pun memberikan sebagian lahan untuk Yanu kelola secara mandiri.
Dengan pengalaman membantu orang tua, meskipun tabungan sedikit, namun dengan semangat belajar, Yanu mulai menekuni pertanian.
Tiga tahun kemudian, hasil kerja kerasnya mulai terlihat.
“Alhamdulillah, sekarang sudah bisa sewa lahan sendiri dari hasil budidaya selama ini.
Dulu cuma nanam di galengan sekitar dua rol plastik, kira-kira dua ribu meter.
Tapi hasilnya cukup buat biaya tanam padi, keperluan sehari-hari, bahkan tabungan juga,” ujarnya dengan tidak menyebut angka pasti hasil pertaniannya.
Keberhasilan Yanu bukan hanya soal angka panen, tetapi juga cara pandangnya terhadap pertanian.
Setiap jengkal tanah dimanfaatkan menjadi sumber rezeki yang bisa diraupnya.
“Sekarang hasil panen padi bisa saya simpan, nggak perlu dijual buat kebutuhan harian,” katanya.
Bagi Yanu, menjadi petani bukan pilihan terakhir, tapi keputusan sadar untuk membangun masa depan dari tanah sendiri.
“Jangan takut jadi petani, kalau ditekuni, hasilnya bisa diandalkan.
Pertanian itu bukan pekerjaan kuno, tapi peluang besar kalau kita mau belajar dan berinovasi,” ungkapnya.
Kisah Yanuardi Yusuf membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu harus dikejar di kota besar.
Dari pematang sawah yang sederhana, justru lahir semangat besar yang mampu mengubah tanah desa menjadi ladang peluang. (ima)
