KISAH Para Penambang Batu di Bukit Tampomas, Harus Pandai Memilah, Jika Tidak . . .
Ardi (35) mengayunkan palu bodem lalu memukulkannya pada batu yang masih menancap di tanah, di gunung Tampomas, Pagedongan Banjarnegara
Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Ardi (35) mengayunkan palu bodem lalu memukulkannya pada batu yang masih menancap di tanah, di gunung Tampomas, Pagedongan Banjarnegara.
Beban bodem besi saja sudah berat, apalagi ia harus membenturkannya pada batuan keras hingga membuatnya pecah.
Sembulan otot yang mengular di lengannya bukti tenaganya banyak terkerah.
Terik siang yang menyengat membuat peluh di kulit legamnya mengkilat.
Baca: Direktur BEI: Modal Rp 100 Ribu Sudah Bisa Berinvestasi di Pasar Modal
Tentu tidak sembarangan orang kuat melakoni pekerjaan berat ini. Jika tenaga masih standar, jangan harap nyaman dengan pekerjaan ini.
"Belum tentu warga yang biasa kerja berat kuat kalau disuruh menambang batu. Pekerjaan ini butuh tenaga kuat,"katanya, Selasa (24/10/2017).

Menambang batu ternyata bukan asal memukul hingga membuatnya pecah.
Bukan hanya otot yang diandalkan, otak pun harus jalan.
Baca: Didukung 7 Fraksi, Perppu Ormas Akhirnya Disahkan menjadi Undang-undang
Penambang harus menganalisa batuan mana yang patut dipilih untuk dipecah.
Jika salah perhitungan, tenaga mereka hanya terbuang percuma.
Batuan yang dipukul bisa lebih keras dan enggan membelah.
Karena itu, perolehan batu oleh masing-masing penambang bisa berbeda-beda tergantung kepiawaian memilah bebatuan dan seberapa kuat tenaga.