Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Berangkat dari Rumah Berpakaian Sopan, Ini Kisah Bunga yang Setahun Bekerja di Sunan Kuning SK

LSM Lentera Asa, menilai rencana penutupan resosialisasi Argorejo atau lokalisasi Sunan Kuning (SK), masih belum matang

Editor: muslimah
tribunjateng/dok
ilustrasi karaoke 

unning lipsus_Ari Menilai Rencana Penutupan SK belum Matang (logo lipsus)
copy
Body Text:
Ari Menilai Rencana Penutupan SK belum Matang (logo lipsus)
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lentera Asa, menilai rencana penutupan resosialisasi Argorejo atau lokalisasi Sunan Kuning (SK), masih belum matang.

Lentera Asa sudah sejak lama konsen melakukan pendampingan terhadap pihak-pihak yang ada di Sunan Kuning.

Direktur Lentera Asa, Ari Istiadi, menilai rencana penutupan SK pada 2019 dinilai terburu-buru dan belum siap.

"Bukan, bukannya kami menentang program pemerintah untuk menutup lokalisasi. Namun, target untuk menutup SK pada 2019 masih jauh dari kata siap, ada banyak hal yang harus dipersiapkan secara matang," kata Ari, kepada Tribun Jateng.

Disampaikan, bila hanya sekadar menutup tanpa memperhitungkan dampak sosial yang akan timbul, itu langkah mudah. Akan tetapi, menurutnya, itu bukan langkah bijak. Sebab, ini menyangkut persoalan perut ribuan orang yang menggantungkan hidup dari keberadaan resosialisasi Argorejo.

"Ada sekitar 1.000 orang yang mengais rejeki dari sini. Artinya, jika satu orang yang bekerja menghidupi dua atau tiga orang anggota keluarganya, bisa dibayangkan berapa banyak perut yang terancam penghidupannya," ucap dia.

Disebutkan, berdasarkan data yang ada saat ini penghuni resosialisasi Argorejo adalah 486 orang.

Penghuni yang tercatat, menurut dia, dibekali dengan kartu tanda anggota (KTA). Serta, sekitar 200 orang pemandu lagu freelance, yang tidak tercatat secara resmi sebagai penghuni SK.

Selain itu, masih terdapat sekitar 225 orang operator karaoke. Serta, puluhan pedagang, pengelola kos-kosan, pengasuh anak-anak PSK, tenaga keamanan, dan lainnya.

Sementara, total wisma --termasuk tempat karaoke--, yang ada di SK tercatat 177 unit.

Disampaikan lebih lanjut, selama ini pihak Pemkot melalui Dinas Sosial (Dinsos) dinilai belum melakukan sosialisasi secara masif kepada seluruh pihak terkait, yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan SK. Sehingga, sampai saat ini mereka, para pihak terkait, tak sepenuhnya memahami rencana penutupan.

Ari menandaskan, persoalan prostitusi bukan hanya di lokalisasi. Melainkan, juga di tempat-tempat lain. Misalnya, di panti pijat, tempat karaoke, kos-kosan, losmen, maupun hotel mulai tingkat melati hingga hotel berbintang.

Menurut dia, praktik prostitusi liar di luar lokalisasi justru lebih membahayakan. Baik dari segi sosial, keamanan, maupun kesehatan.

Di sisi lain, jika memang pemerintah bertekad menutup lokalisasi, maka SK bisa tetap dibiarkan eksis, akan tetapi bukan lagi sebagai lokalisasi. Melainkan, sebagai objek wisata karaoke, misalnya.

Bunga Tak Ambil Pusing Rencana Penutupan

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved