Pemkot Semarang Akan Relokasi Seluruh Hunian di Bantaran Sungai Tenggang dan BKT
Pemkot Semarang terus berupaya menanggulangi bencana banjir yang selalu terjadi di wilayah Semarang bagian timur
Penulis: m zaenal arifin | Editor: galih pujo asmoro
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemkot Semarang terus berupaya menanggulangi bencana banjir yang selalu terjadi di wilayah Semarang bagian timur.
Banjir di kawasan tersebut diketahui tidak normalnya pembuangan air di Sungai Sringin dan Tenggang.
Untuk itu, Pemkot Semarang berencana merelokasi seluruh rumah yang berada di bantaran Sungai Tenggang.
Pasalnya, penyempitan sungai yang kemudian dipakai untuk hunian warga dianggap sebagai penyebab tidak berfungsinya sungai tersebut dalam membuat air banjir.
"Dulunya muara Sungai Tenggang itu rata-rata 6-8 meter lebarnya."
"Sekarang ada yang 1 meter, ada yang 2 meter," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, Kamis (13/12/2018).
Dengan lebar sungai tersebut, kata Iswar, sangat mustahil dapat menghilangkan genangan banjir di kawasan Genuk dan Kaligawe dalam waktu singkat.
Meskipun, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sudah mengoperasionalkan pompa dengan kapasitas besar.
Ditambah lagi, banyaknya hunian yang berada di bantaran Sungai Tenggang menjadikan sungai penuh dengan sampah.
Hal itu yang menjadi penyebab terjadinya banjir yang menggenangi wilayah Kelurahan Sawah Besar, kemarin.
"Hasil identifikasi kami di Kaligawe, meluapnya Sungai BKT diakibatkan oleh sampah."
"Di 2019 kita minta konsultan untuk mengidentifikasi berapa rumah di bantaran yang akan kita bebaskan,” ujar Iswar
Ia menuturkan, selain Tenggang, hunian di bantaran Sungai BKT bagian atas juga akan direlokasi.
Ia menyebutkan, tumpukan sampah yang berada di BKT kemarin, ada yang sengaja dibuang ke sungai ada pula yang terbawa arus.