Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Atik, Guru Honorer yang Pertaruhkan Nyawa Demi Beri Ilmu ke Murid-muridnya, Jatuh sudah Biasa

Guru tersebut benama Atik Dyat Prastuti (40) yang harus berjibaku menembus derasnya arus sungai

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Tribunjateng.com/Budi Susanto
Atik saat akan menyeberang Sungai Comal untuk sampai ke tempat mengajarnya di SDN 02 Cawet Kecamatan Watukumpul, Kamis (24/1/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Seorang guru honorer asal Desa Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, rela pertaruhkan keselematannya untuk memberi ilmu pada murid-muridnya.

Guru tersebut benama Atik Dyat Prastuti (40) yang harus berjibaku menembus derasnya arus sungai. Karena Jembatan Kali Keruh rubuh satu tahun silam.

Jembatan Kali Keruh sendiri merupakan akses utama penghubung Desa Luragung dengan Desa Medayu Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang, di mana Atik mengajar murid SDN 02 Cawet Kecamatan Watukumpul.

Aktivitas membahayakan menyeberangi sungai berarus deras sudah dilakukan Atik selama satu tahun. Walaupun honornya hanya Rp 250 ribu setiap bulan, namun ia iklhas menjalaninya.

“Ya harus saya jalani, bekal kami hanya semangat dan ilmu untuk mencerdaskan anak bangsa,” tuturnya kepada Tribunjateng.com saat ditemui di Sungai Comal, Kamis (24/1/2019).

Wanita yang sudah menjadi guru honorer selama 15 tahun tersebut mengaku celana panjang yang ia kenakan selalu basah setiap berangkat dan pulang mengajar.

“Walaupun sungai arusnya deras ditambah lagi sering banjir karena hujan, saya harus tetap sampai ke sekolah. Karena mengajar bukan soal bayaran tapi tanggung jawab,” paparnya.

Atik dibantu warga untuk menyeberang Sungai Comal untuk sampai ke tempat mengajarnya di SDN 02 Cawet Kecamatan Watukumpul, Kamis (24/1/2019).
Atik dibantu warga untuk menyeberang Sungai Comal untuk sampai ke tempat mengajarnya di SDN 02 Cawet Kecamatan Watukumpul, Kamis (24/1/2019). (Tribunjateng.com/Budi Susanto)

Atik menceritakan pernah tercebur saat menyeberangi sungai karena banjir besar sedang melanda Sungai Comal.

“Beruntung hanya baju dan celana saya yang basah, karena saya tercebur hingga kedalam di atas pinggul,” ujarnya.

Untuk sampai ke sekolah tempat ia mengajar, Atik menyewa ojek setelah menyeberangi sungai dengan jarak tempuh sekitar 30 menit.

“Setiap kali ngojek habis Rp 10 ribu, kalau pulang pergi ya Rp 20 ribu. Jika dihitung setiap bulan gaji saya pasti minus, namun apalah daya karena saya mengemban tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa,” katanya.

Pihaknya sangat berharap, Jembatan Kali Keruh segera diperbaiki karena aktivitas menyeberangi sungai membahayakan masyarakat di yang bekerja di lintas daerah.

“Memang ada tangga yang dibuat secara swadaya masyarakat, tapi ketinggiannya 11 meter dengan kemiringan 70 derajat. Kalau ibu-ibu malaluinya pasti takut termasuk saya,” imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved