Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Truk Enggan Masuk Tol Trans Jawa, Kata Hasanudin Tarifnya Bikin Saku Terkuras

Pengendara kendaraan roda empat dan lebih mulai beralih memilih menggunakan Jalan Pantura Jawa dikarenakan mahalnya tarif Ruas Tol Trans Jawa.

Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
Puluhan truk masih terlihat memadati ruas Pantura Pekalongan-Batang di Kabupaten Pekalongan, Jumat (25/1/2019). Seakan kehadiran ruas Tol Trans Jawa tak berimbas penurunan kepadatan arus di jalur reguler. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Pengendara kendaraan roda empat dan lebih mulai beralih memilih menggunakan Jalan pantai utara (Pantura) Jawa dikarenakan mahalnya tarif Ruas Tol Trans Jawa.

Seperti diketahui, tarif tol untuk kendaraan Golongan I dari Jakarta menuju Semarang mencapai Rp 334 ribu, dan untuk kendaraan berat, 2 kali tarif Golongan I.

Dan bagi mereka, tarif tersebut terlalu membebani.

Terutama bagi sopir kendaraan angkutan barang seperti truk yang harus menanggung biaya perjalanan.

Hasanudin (43) contohnya, sopir truk asal Kabupaten Kendal lebih memilih menggunakan jalur reguler karena tidak kuat membayar tarif jika harus masuk tol.

“Dari Semarang ke Jakarta berjarak tempuh 3 hari untuk pergi-pulang, paling uang saku yang diberikan perusahaan tinggal Rp 400 ribu,” jelasnya saat berbincang dengan Tribunjateng.com di Jalan Pantura Pekalongan-Batang, Jumat (25/1/2019).

Dia menjelaskan, uang saku yang diberikan perusahaan mencapai Rp 3,6 juta untuk jalur Semarang-Jakarta.

“Solar Rp 1,6 juta, biaya bongkar Rp 300 ribu, dan membayar kernet Rp 600 ribu. Kalau ditotal sudah Rp 2,5 juta, itu belum termasuk makan bersama kernet selama 3 hari,” jelasnya.

Hasanudin berucap, adanya Tol Trans Jawa sebenarnya memang mempercepat waktu, tetapi tarifnya terlalu memberatkan bagi sopir.

“Kalau tarifnya mahal nanti keluarga saya makan apa, karenanya saya lebih memilih lewat Pantura. Walaupun lebih lama,” ujarnya.

Sama halnya Hasanudin, Ugik Setiawan, sopir truk asal Cirebon Jawa Barat pun mengeluhkan mahalnya tarif tol yang diberlakukan mulai 21 Januari 2019 itu.

“Kalau terlalu mahal ya ditinggalkan, karena banyak yang beralih melewati Pantura. Kami berharap tarif dikaji ulang agar kebih murah,” tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved