Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

KAMPUNG MELAYU SEMARANG

Begini Kehidupan Nur Halimah di Rumah Tua Kampung Banjar Semarang

Begini kehidupan Nur Halimah di rumah tua di Kampung Banjar, Kawasan Kampung Melayu, Semarang. Rumahnya terendam rob sejak 1987.

Penulis: bakti buwono budiasto | Editor: iswidodo
TRIBUN JATENG/WAHYU SULISTYAWAN
RUMAH TUA- Nur Halimah Almunawwar (60) di rumah tua di Kampung Banjar kawasan Melayu Kota Semarang. 

Laporan Tribun Jateng, Bakti Buwono

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Sesosok  perempuan tua mendadak muncul dari jendela lantai dua sebuah bangunan tua di Kampung Banjar, Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Jumat (7/2) siang itu.

Nur Halimah Al Munawwar (60), nama perempuan itu, menyapa adik laki-lakinya di halaman rumahnya yang hendak mengantarkan obat sakit kepala.

Tidak lama berselang, Nur, sapaan akrabnnya, masuk selama beberapa detik dan menurunkan ember dari dalam rumah. Uang serta obat flu dimasukkan oleh adiknya ke dalam ember, kemudian diangkatnya, seperti orang menimba air di sumur.

"Ya beginilah. Saya kalau pesan sesuatu (minta tolong orang lain). Soalnya kadang-kadang tidak bisa keluar rumah. Seperti banjir kemarin, saya dan suami (Kusnadi) tidak bisa keluar tiga hari karena jalan keluar rumah tertutup (banjir)," kata Nur saat ditemui di dalam rumahnya di Kampung Banjar 640 C.

Dari jauh, setiap orang yang melintas serta melihat rumah Nur pasti berkesimpulaan bahwa bangunan rumah merupakan peninggalan masa lalu. Arsitekturnya terpengaruh gaya Eropa, seperti ketebalan tembok yang terdiri dari beberapa lapis batu bata hingga bentuk atap yang mewakili zamannya.

Sayangnya, kondisi fisik bangunan yang konon disebut gudang sepuluh, tempat penyimpanan barang pada masa Belanda itu, itu memprihatinkan. Sebagian tembok sudah rubuh. Bahkan, pintu masuk rumah Nur hanya tersisa setinggi perut orang dewasa berdiri. Sepintas mirip sebuah kotak berlubang dari sebuah rumah panggung. Padahal bukan. Itu dulu adalah lantai satu bangunan tersebut.

Setiap orang yang hendak masuk harus membungkuk. Lalu melewati urukan tanah becek bercampur air rob semata kaki. Begitu sampai di dalam rumah, sebuah kolam besar berisi air rob menyambut. Bau bacin air asin mendominasi.
Kolam seukuran lapangan badminton itu dulunya merupakan taman tak beratap di dalam rumah. Di dalam 'kolam' itu masih terlihat mulut sumur yang benar-benar tenggelam oleh rob. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved