Lipsus
Ada ‘Pulau Samosir’ di Waduk Jatibarang
Puluhan kera ekor panjang tampak asik bermain di pagar pembatas bangunan Bendungan Jatibarang, Kota Semarang, pekan lalu.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Puluhan kera ekor panjang tampak asik bermain di pagar pembatas bangunan Bendungan Jatibarang, Kota Semarang, pekan lalu. Meskipun berada di kawasan perkotaan, di sini memang masih banyak terdapat kera-kera liar. Kera ekor panjang masuk kategori hewan yang dilindungi.
Selain kera ekor panjang, keberadaan bangunan bendungan menjadi daya tarik tersendiri. Rencananya, Bendungan Jatibarang akan mulai difungsikan Juni mendatang. Jika sudah dioperasikan, bendungan ini menjadi satu-satunya bendungan di Indonesia yang berada di kota. Fungsi utama bendungan ini adalah untuk mengendalikan banjir. Bendungan ini membendung aliran air Kali Kreo.
Menurut Kepala Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatibarang, Duki Malindo, melalui Pelaksana Administrasi Pembangunan Waduk Jatibarang, Muhamad, volume puncak aliran air Kali Kreo sekitar 270 meter kubik per detik.
Selain sebagai pengendali banjir di kawasan yang dilalui Banjir Kanal Barat (BKB) Semarang, nantinya bendungan ini juga untuk menyuplai air baku ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Semarang. Menurut Muhamad, bendungan senilai Rp 1,47 triliun ini mampu menyuplai 1.050 liter per detik air baku untuk PDAM. “Waduk juga akan menjadi daya tarik wisata di Semarang. Lantaran ini adalah satu-satunya waduk di Indonesia yang dibangun di tengah kota,” terang Muhammad, pekan lalu.
Salah satu daya tarik wisata bendungan seluas 230 hektare ini adalah sebuah pulau buatan di tengah-tengah waduk. Layaknya Pulau Samosir di tengah Danau Toba, Sumatera Utara. Di pulau buatan di Waduk Jatibarang inilah terdapat Gua Kreo.
Sebelumnya, Gua Kreo sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan. Di tempat ini setiap tanggal 3 bulan Syawal dalam penanggalan Islam, dilakukan Upacara Sesaji Rawendra. Menurut operator pembangunan waduk, Fisika Prasetyo, saat upacara digelar, wisatawan yang datang tidak hanya berasal dari Semarang. “Banyak mobil dengan nomor polisi dari luar kota datang ke sini ketika upacara digelar,” ujarnya saat menemani Tribun Jateng berkeliling bangunan bendungan.
Pantauan Tribun, sebuah jembatan dengan lebar sekitar 3 meter dan panjang tak kurang dari 100 meter dibangun di areal ini. Jembatan ini menghubungkan antara rencana pulau buatan dan daratan di pinggir bendungan. Sebelum ada jembatan ini, pengunjung yang akan bertandang ke Gua Kreo harus melalui jalan turun naik.
Begitu sampai di mulut jembatan, pengunjung langsung disambut dengan beberapa patung kera ekor panjang berwarna hitam. Semilir angin langsung terasa. Maklum, jembatan ini memiliki ketinggian di atas 70 meter dari permukaan tanah.
Di jembatan ini, kontraktor juga membangun beberapa tempat duduk berbentuk bulat seperti batang pohon yang terbuat dari semen. Khusus di titik ini, terdapat bangunan menyerupai gazebo. Dengan begitu, jika hujan turun saat berkunjung ke waduk, para turis bisa berteduh di tempat ini.
Dijelaskan Fisika, di jembatan inilah titik paling bagus untuk menikmati keindahan waduk. Di depan, tampak pintu air bendungan. Sementara di belakang, menghampar areal luas yang nantinya akan dipenuhi dengan air. Sedangkan pulau buatan di waduk ini terletak di sisi kiri. Selain kera ekor panjang, di pulau buatan tersebut, juga terdapat hutan yang terjaga keasriannya.
Seorang wisatawan, Eko mengatakan, keberadaan pulau buatan akan menambah daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung ke kawasan ini. Menurut warga Perumnas Sendang Mulya, Semarang, bersama anggota keluarganya, ia sengaja datang ke obyek wisata ini untuk menyaksikan progres Waduk Jatibarang. Ia tidak sabar untuk menikmati keindahan Jatibarang bila selesai dibangun nanti. “Saya dua kali ke sini. Pertama saat berkunjung ke Gua Kreo. Kali ini, saya penasaran apakah waduk sudah digenangi air apa belum,” ucapnya.
Ia berharap Waduk Jatibarang bisa segera digenangi. Hal itu akan membawa beberapa dampak kepada warga Kota Semarang dan sekitarnya. Pertama, katanya, adalah terkait pengendalian banjir. Selain itu, jika sudah digenangi, tentunya akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Hal tersebut akan berdampak pada perekonomian warga sekitar waduk. “Mereka bisa berjualan dan menawarkan jasa. Saya kira, waduk akan berdampak besar pada berbagai hal,” sambungnya.
Hal senada juga dikatakan wisatawan lainnya, Ari. Menurut warga Semarang ini, keberadaan waduk akan menambah pesona obyek wisata yang sebelumnya telah ada, yakni Gua Kreo dan kera ekor panjang.
Namun, banyaknya pengunjung dikhawatirkan membuat kawasan ini tidak terjaga kebersihannya. Untuk menjaga kebersihan waduk, menurutnya harus ada sistem pengawasan dan penyadaran yang baik. Misalnya dengan menyediakan tempat sampah di beberapa titik. “Saat ini memang sudah tersedia tempat sampah. Di gazebo jembatan juga ada. Namun saya rasa jumlahnya perlu ditambah saat waduk sudah digenangi,” tuturnya.
Jumlah Wisatawan Melonjak
Sektor wisata akan membuat dunia usaha di sekitar waduk semakin bergeliat. Sejumlah pedagang minuman dan makanan ringan mengatakan, keberadaan waduk berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung.
Saat ini, jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan. Tadinya, saat pembangunan bendungan masih berlangsung, jumlah pengunjung di obyek wisata Gua Kreo sempat menurun. Namun sejak dibukanya akses jembatan menuju kawasan Gua Kreo pada 1 Januari lalu, membuat kunjungan wisatawan melonjak.
Petugas jaga loket di pintu masuk Gua Kreo, Agus mengatakan, sebelumnya, pengunjung yang datang ke obyek wisata ini, khususnya pada hari libur, hanya sekitar 400-an orang. Pada hari biasa bahkan hanya 50 orang. Minggu (16/3) saat Tribun berkunjung sekitar pukul 14.00, jumlah pengunjung sudah mencapai 500-an orang. “Kalau minggu atau hari libur, bisa mencapai 600-an wisatawan. Tidak hanya dari Semarang saja. Ada juga yang dari Kudus, Jepara, bahkan Purwodadi,” ucapnya.