Headline
Alasan Massa Blokir Jalur Pantura Timur
Kami tak akan bereaksi kalau petugas tak represif. Ayo mundur, yang melempar batu bukan dari kelompok kami
Penulis: yayan isro roziki | Editor: Catur waskito Edy
PATI, TRIBUNJATENG.COM -- Ribuan warga dari beberapa wilayah di Pati, yang menolak berdirinya pabrik semen, menggelar aksi demonstrasi, memblokir jalur Pantura Timur, tepatnya di depan Pabrik Kacang Dua Kelinci hingga jalan lingkar Desa Soko Kulon, Kecamatan Margorejo, Pati, Kamis (23/7). Massa mulai berdatangan di lokasi, menggunakan puluhan truk, pukul 10.00.
"Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 08.00, kumpul di lapangan, lalu berangkat bareng naik truk," kata Sutono, warga dari Kecamatan Tambakromo, kemarin.
Menurutnya, para pendemo berasal dari beberapa wilayah antara lain, Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Kayen, Kecamatan Sukolilo, dan Kecamatan Gabus.
Setiba di lokasi, massa mulai membakar ban di beberapa titik. Tak hanya itu, batu material untuk pembangunan talud jalan juga ditaruh berserakan di badan jalan.
Massa juga sempat merusak pos polisi untuk operasi ketupat candi 2015, yang berada di depan Pabrik Kacang Dua Kelinci. Sempat terjadi aksi saling lempar antara sebagian demonstran dan petugas yang mengamankan aksi. Untuk mengendalikan massa, polisi kemudian beberapa kali menembakkan gas air mata.
"Kami tak akan bereaksi kalau petugas tak represif. Ayo mundur, yang melempar batu bukan dari kelompok kami," kata seorang demonstran melalui pengeras suara, di atas truk.
Demonstran lainnya, Madris, mengatakan aksi demonstrasi pemblokiran jalan ini merupakan puncak kekesalan warga atas sikap Bupati Pati, Haryanto. Menurutnya, mayoritas warga di sekitar lokasi calon tapak pabrik, tetap kukuh menolak adanya pabrik semen.
"Kami akan bertahan sampai bupati bersedia mencabut izin lingkungan untuk pabrik semen. Ini (pemblokiran, red) puncak kekesalan kami terhadap sikap bupati, setiap aksi maupun audiensi dia tak pernah mau menemui warga," kata Madris, warga Desa Keben, Kecamatan Tambakromo.
Menurutnya, jumlah warga yang turut menggelar demonstrasi sekitar 3.500 orang. Mereka diangkut menggunakan sekitar 50 truk.
"Jokowi saja mau menemui masyarakat, masa hanya seorang bupati tak mau menemui warganya sendiri," sambung dia.
Mereka mengancam menggelar aksi demonstrasi lebih besar lagi, jika tuntutan tak ditanggapi. "Kita akan bertahan sampai batas kemampuan fisik kami. Atau kami kali ini kami akan membubarkan diri, dan selanjutnya membawa massa lebih besar lagi," tandasnya.
Ketua DPRD Pati Ali Badrudin dan Ketua Komisi B Soetarto Oenthersa, beserta Kapolres Pati AKBP R. Setijo N, sempat bernegosiasi dengan para demonstran. Namun, mereka justru mendapat tanggapan kurang ramah.
"Kami tak butuh kehadiran dewan. Kami ingin bupati datang ke sini, dia lah yang menerbitkan izin lingkungan," teriak demonstran.
Kapolres Pati AKBP R Setijo N, mengatakan secara umum aksi demonstrasi berlangsung tertib.
"Awal memang sempat ada lemparan batu, bakar ban, perusakan pospol, itu kita sayangkan. Namun, secara keseluruhan bisa dikendalikan," ucapnya. Menurut dia, pihaknya sebisa mungkin tak menggunakan senjata api, maupun tindakan represif lainnya.