Ledakan Sarinah
Langgeng Sejak Awal Yakin Ayahnya Bukan Teroris
Karena dekat dengan pos polisi, Sugito kemungkinan besar hendak berlindung di tempat itu. Namun ternyata pelaku teror juga mengebom pos polisi
Karena dekat dengan pos polisi, Sugito kemungkinan besar hendak berlindung di tempat itu. Namun ternyata pelaku teror juga mengebom pos polisi. "Saat ada ledakkan di pos polisi, Sugito terkena," ujarnya.
Sebelum ada klarifikasi, nama Sugito dicurigai sebagai anggota jaringan teroris yang melakukan aksi bom bunuh diri. "Informasi yang beredar sebelumnya itu menyakitkan kami. Sugito itu korban dari perbuatan teroris biadab," ujar Sukarmin seraya mengatakan polisi menemukan tas milik Sugito berisi surat-surat yang harus dikirimkan.
Sugito meninggalkan istri dan tiga orang anak. Dua orang anak masih jadi tangguangan keluarga. "Sugito ini tulang punggung keluarga, masih ada dua anak yang masih perlu dibiayai. Kami sebagai pihak keluarga akan membantu," ujarnya.
Jenazah Sugito dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Kecamatan Purwasari, tak jauh dari rumah duka.Istri Sugito, Eni Sulastri (50) menangis saat melihat jenazah suaminya di dalam peti mati. Ia sempat ingin melihat kondisi terakhir Sugito dengan membuka peti mati.
Namun ia membatalkan niatnya. Anaknya yang kedua, Langgeng Prayogi (17), sambil berurai air mata, sempat memeluk peti jenazah ayahnya. Begitu juga dengan anak bungsunya.
Anak pertama Sugito, Ratih Egi Sagita (22) tak kuasa menahan air mata melihat jenazah bapaknya di peti mati. Tubuhnya sampai oleng namun beruntung bisa dibopong saudaranya.
Keluarga almarhum Sugito mengaku bersyukur mendengar Polri telah secara resmi menyatakan Sugito sebagai korban. "Alhamdulillah, kami tenang setelah ada kepastian status saudara kami, Sugito, merupakan korban bukan pelaku. Ini menunjukkan yang salah itu salah yang benar itu benar," ujar H Ily Jamili (68), saudara Sugito. (tribunjabar/men/gle)