Operasi Tak Tuntas, Perut Lia Terbuka Hanya Ditutup Plastik. Ia Menangis Tiap Lukanya Tergesek
Setiap harinya lubang di perutnya ini ditutupi plastik dan direkatkan menggunakan plester
Menurutnya, banyak pengalaman dengan sakit yang sama dan hasilnya orang yang setelah dioperasi akan meninggal dunia.
“Sudah operasi di Buleleng, ke Badung akan operasi besar. Tapi ketika itu saya diminta beli alat, dan saya tidak sanggup karena ketika itu harganya Rp 8 juta. Dulu sudah besar uang segitu. Lalu saya berpikir ulang juga untuk Lia dioperasi karena takut cucu saya ini mati, jarang saya ketemu orang sakit begini habis operasi bisa hidup. Seperti masih saudara sama saya orang Tigawasi mati habis operasi, sakitnya hampir sama dengan cucu saya,” tuturnya.
Operasi yang tidak tuntas menyebabkan perut Lia terbuka dan ususnya dapat terlihat dari luar.
Setiap harinya lubang di perutnya ini ditutupi plastik dan direkatkan menggunakan plester.
Tinggi bersama suaminya yang kesehariannya sebagai buruh serabutan ini tidak sanggup membeli alat penutupnya.
Ditutupinya perut yang berlubang ini untuk menghindari debu masuk ke ususnya yang bisa menyebabakan infeksi.
Setiap hari Tinggi harus mengganti plastik yang menutup perut Lia dengan plastik yang lebih baru.
“Ini belum selesai operasi dagingnya masih lubang, biar bisa kentut dan kotoran keluar. Saya nggak bisa beli alat penutup perutnya, ini saya kasih saja plastik sama plester. Biasanya pakai air infus untuk membersihkan, ditutupi kain, lem tapi kita nggak bisa belinya,” katanya.
Kini dengan kondisi perutnya yang berlubang itu, Lia merasa kesakitan ketika berjalan karena lubang itu tergesek-gesek.
Ia juga harus menggunakan sebuah alat pompa untuk mengencerkan kotorannya agar mudah dikeluarkan.
“Ada alatnya untuk pompa perutnya biar kotoran bisa encer dan tidak keras sehingga mudah keluarnya. Sehari bisa tiga kali kita pakai pompa itu,” pungkasnya. (*)