Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kabar Pahlawan Devisa

TERTABRAK, Anak TKW Ini Dapat Donasi Rp 650 Juta Setelah Delapan Tahun Tidak Bertemu Ibunda

TERTABRAK, Anak TKW Ini Dapat Donasi Rp 650 Juta Setelah Delapan Tahun Tidak Bertemu Ibunda. Bocah itu meninggal dunia setelah tertabrak motor.

Editor: iswidodo
kompas.com
Kondisi rumah tempat tinggal Miftahul Dwi Khasanah, anak TKW asal Ponorogo yang meninggal dunia ditabrak pemotor ngebut di jalan raya. Rumah ini akan dibedah dari dana yang disumbang simpatisan. 

"Sejak berangkat delapan tahun tepatnya tahun 2008, istri saya tidak memberikan kabar dan kiriman apapun kepada kami," kata Pujo kepada Kompas.com di kediaman saudaranya, Selasa ( 1/11/2016) sore.

Istrinya baru menelepon tiga hari setelah Miftah dikuburkan. Tak banyak omongan yang dilontarkan Samini saat menelepon suaminya, Pujo.

"Dia hanya menanyakan kabar anak-anaknya lalu menangis. Katanya nanti akan pulang ke Ponorogo setelah 40 hari meninggalnya Miftah," ujar Pujo.

Sebelum meninggal, Pujo tak memiliki firasat atau mimpi buruk tentang anak perempuannya itu. Hanya saja, beberapa hari sebelumnya, saat mencuci pakaian Miftah, ia menemukan secarik kertas yang dilipat.

"Setelah saya buka, ternyata tulisan curahan hati Miftah yang merindukan kasih sayang seorang ibu. Sebagai seorang anak yang memiliki orangtua, Miftah juga menginginkan kasih sayang ibu yang dirasakan oleh teman-teman sekolahnya. Kondisi itu sangat dirasakan anak saya lantaran Miftah mulai ditinggal ibunya bekerja ke Malaysia dalam usia lima tahun," ungkap Pujo.

Selama delapan tahun ditinggalkan ibunya bekerja di Malaysia, Miftah tidak pernah mendapatkan kiriman apapun, baik dalam bentuk uang maupun barang. Pun saat Lebaran tiba, ibunya juga tidak menyampaikan selamat dan permohonan maaf.

"Saya kalau ingat Miftah sangat kasihan. Beberapa hari sebelum meninggal, ia kerap melamun dan seperti berpikir keras. Miftah juga sering menanyakan kapan ibunya pulang karena ia sangat kangen ibunya," jelas Pujo.

Sebagai seorang ayah, kata Pujo, kasih sayangnya tentu akan berbeda dibandingkan dengan yang diberikan ibu kepada anaknya. Untuk itulah agar kasih sayangnya bisa mengganti ibunya, ia selalu mengajak kedua anaknya kemana saja saat mendapatkan order pijat badan pelanggannya.

Ia pun merasa bersyukur meski Miftah yang berlatarbelakang keluarga miskin, namun teman-temannya banyak. Pasalnya, saat bergaul dengan teman-temannya ia tidak pernah membedakan-bedakan teman. Semua teman diperlakukan sama.

"Anak saya juga sebenarnya pintar. Tetapi karena sering mengantar saya ke pelanggan pijat badan, dia menjadi kurang belajarnya," jelas Pujo.

Kendati mendapatkan berlimpah bantuan, Pujo tak lupa menyisihkannya untuk sedekah. Bahkan sedekah itu salah satunya ditujukan di tempat mengaji saat Miftah masih tinggal di Madiun.

"Saya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah peduli dengan Miftah dan keluarga saya. Saya yakin Tuhan akan membalas kepada semua pihak yang sudah membantu kami," tandas Pujo.

Terkumpul Rp 650 juta

Hasil perhitungan tim donasi Miftah, hingga Senin (31/10/2016) malam, sumbangan dana yang terkumpul mencapai Rp 650.121.314. Dana itu berasal dari sumbangan langsung yang diberikan warga kepada ayah Miftah, donasi via rekening, klaim jasa raharja dan donasi dari komunitas.

"Rinciannya dana yang diberikan langsung kepada Pak Pujo sebesar Rp 367.595.600, donasi via rekening, Rp 164.298.050, klaim jasa raharja, Rp 25 juta. Selain itu donasi dari tiga komunitas, ICW Ponorogo, Rp 63.727.664, Rumah Dhuafa Ponorogo Rp 26.500.000 dan Facebooker Ponorogo Rp 3 juta," ujar Ketua Tim Donasi Untuk Miftah, Muhammad Anam Ardiansah kepada wartawan di kediaman almarhumah Miftah, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan, Ponorogo, Selasa (1/11/2016) siang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved