Kisah Perjuangan Yu Djum yang Dikenal 'Galak', Dari Lapak Sederhana Kini Jadi Gudeg nan Melegenda
Dunia kuliner Yogyakarta berduka atas kepergian Yu Djum, pendiri Gudeg Yu Djum yang sudah begitu melegenda
TRIBUNJATENG.COM - Dunia kuliner Yogyakarta berduka atas kepergian Yu Djum, pendiri Gudeg Yu Djum yang sudah begitu melegenda.
Selama bertahun-tahun, warung gudeg tersebut menjadi tujuan pecinta kuliner untuk menikmati makanan khas Yogyakarta ini.
Yu Djum atau Djuwariyah lahir dari sebuah keluarga yang telah menggeluti usaha gudeg. Yu Djum muda memiliki tekad, untuk meneruskan bisnis yang sudah turun temurun itu.
Seperti dijelaskan laman Gudeg Yu Djum Pusat, perempuan tersebut mulai merintis usaha gudeg miliknya sendiri pada tahun 1951.
Ia menjual rumput kepada tetangga yang memiliki ternak, sebagai modal awal untuk membeli berbagai perlengkapan membuat gudeg.
Yu Djum kemudian berjualan gudeg di daerah selatan Plengkung Wijilan dengan membuka lapak kecil. Meja dan kursi yang digunakan saat itu masih sangat sederhana.
Meskipun berjualan di Wijilan, tetapi dapur untuk memasak gudeg tetap berada di Karangasem, Mbarek atau jalan Kaliurang km 4,5.
Seiring berjalannya waktu, usaha gudeg Djuwariyah terus berkembang. Hingga pada tahun 1985, warung dengan nama Gudeg Yu Djum didirikan di Wijilan.
Nama itu dipilih karena para pelanggan sering memanggil Djuwariyah dengan sebutan Yu Djum. Ketika itu, warung Gudeg Yu Djum sudah tak sekadar lapak sederhana.
Lama-lama, nama Gudeg Yu Djum semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Lalu pada tahun 1993, dapur yang berada di Karangasem juga difungsikan untuk menjadi warung. Ini karena jumlah pembeli yang terus bertambah.
Oleh karena berfungsi sebagai dapur sekaligus tempat berjualan, maka warung di Karangasem disebut sebagai Gudeg Yu Djum Pusat.
Di Mata Keluarga, Yu Djum Dikenal Sosok Tegas dan Selalu Ajarkan Anak Cucunya untuk Mandiri
Jenazah Yu Djum di rumah duka, Mbarek Karangasem, Sleman, Selasa (15/11/2016)
Di mata keluarga sendiri, Yu Djum adalah sosok yang tegas dan keras dalam mendidik anak dan cucunya, serta selalu menekankan untuk hidup mandiri.
"Wonge tegas galake pol (orangnya tegas dan galak sekali), tapi galaknya itu dalam rangka mendidik," cerita cucu pertama Yu Djum, Sigit Alfianto, saat ditemui di rumah duka di Mbarek Karangasem, Depok, Sleman, Selasa (15/11/2016).
