Sudah 11 Tahun Suami Istri di Brebes Ini Tinggal di Gubuk Terpal, Rumah Dibongkar . . .
Seperti anak Pramuka yang ikut kegiatan kemah dan mendirikan tenda. Begitu juga penghuni gubuk terpal ini
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
"Ini (gerabah), lemari dan dipan saya bawa dari rumah yang dibongkar itu. Banyak rusak karena sering terkena banjir dan kecipratan air hujan," kata pria yang kesehariannya sebagai pekerja serabutan itu.
Ia menuturkan, tiap kali hujan besar, tendanya itu selalu kebanjiran.
Kedinginan saat malam? pastinya.
"Ya mau gimana lagi. Mau membangun rumah belum punya uang. Mau menjual tanah, itu cuma harta saya satu- satunya," imbuhnya.
Istri Mulyono, Jumriah, bekerja sebagai petani bawang merah di Desa Krasak, Kecamatan/ Kabupaten Brebes. Ia berangkat pagi buta dan pulang saat sang surya tenggelam di ufuk barat.
Mereka mempunyai anak satu, Yudi Teguh Baskoro (32) yang saat ini bekerja berdagang es di Jakarta.
"Anak saya pernah kena tipu, mau bekerja malah kena tipu di pelayaran. Akhirnya tidak digaji," jelas Mulyono.
Ia enggan untuk tinggal seatap dengan saudara ataupun rekannya. 'Lebih baik susah tapi terhormat daripada mudah tapi meminta- minta', dan 'lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah', dua prinsip hidup yang ia gunakan selama ini.
"Daripada saya meminta- minta ke saudara ataupun teman, mending saya susah seperti ini. Saya tetap berusaha sehingga bisa bangun rumah, entah itu kapan," ucap pria tamatan SMA itu.
Mulyono juga enggan memohon- mohon meminta bantuan ke pemerintah baik pemerintah desa, kecamatan, maupun kabupaten.
"Kalau ada (bantuan) ya alhamdulillah. Sebetulnya, masyarakat tidak minta pun, seharusnya pemerintah memperhatikan warganya. Seharusnya mereka tanggap," ujarnya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/mulyono-berada-di-tenda-terpalnya-di-desa-terlangu-kecamatan-kabupaten-brebes_20170824_143746.jpg)