Jatuh Cinta, Bule Belanda Pilih Jadi Abang Becak di Amsterdam, Kok Bisa?
Kecintaannya pada becak, diakui Daan bermula saat dirinya berlibur ke Indonesia saat masih kuliah
Di Jakarta, Daan pun memanggil tukang kayu untuk membuatkan kotak besar yang dapat menampung becak untuk dikirim ke Belanda.
Becak itu pun dibongkar agar muat dalam kotak lalu dibawa ke Pelabuhan Tanjung Priuk dengan tujuan akhir Pelabuhan Rotterdam.
Beberapa bulan kemudian, becak pun berhasil sampai di Rotterdam, Belanda. Namun saat itu Daan kebingungan harus membawa becak, karena uangnya menipis lantaran biaya pengiriman sekaligus bayar pajak yang mahal membawa becak ke Belanda.
"Akhirnya becak cuma diparkir di halaman rumah orang tua saya. Butuh waktu 2,5 tahun saya bisa memakai becak itu karena saya sibuk mengumpulkan uang untuk membayar utang-utang biaya pengiriman," tuturnya.
Daan pun awalnya sempat kebingungan akan diapakan becak tersebut. Pada suatu waktu, Daan berkesempatan berbincang dengan orang Indonesia keturunan.
Saat itu, ia ditawari untuk menjadi pemandu wisata bagi turis asal Indonesia dengan becak tersebut.
"Sejak itu saya jadi pemandu wisata turis berkeliling Amsterdam dengan mengayuh becak. Ini hanya sampingan saat akhir pekan dan harus melalui pesanan terlebih dahulu," kata Daan.
Setelah berkeliling Amsterdam, Daan menceritakan, orang-orang Belanda banyak yang tertarik dengan kehadiran becak disana. Beberapa terlihat kagum, terkesan lucu, dan tertarik.
"Saya suka sekali sejarah dan bahasa, terutama sejarah hubungan antara Belanda dan Indonesia. Selain sejarah Amsterdam, saya juga sering ceritakan tentang Indonesia kepada turis yang saya bawa," pungkasnya. (Ikrar Gilang Rabbani)