Duh, Kerusakan Terumbu Karang di Karimunjawa Meluas, Gara-gara Kapal Parkir Sembarangan
"Setelah itu, ada kejadian yang berulang dan sudah ada empat kejadian lagi," kata Deputi Indonesia Coralreef Action Network (I-Can), Amiruddin,
Penulis: m nur huda | Editor: bakti buwono budiasto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah pegiat lingkungan di kawasan kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara, prihatin dengan berulangnya kapal tongkang yang menabrak terumbu karang karena bersandar di kawasan itu.
Untuk diketahui, ada empat kapal yang menabrak terumbu karang pada Februari 2017 yaitu milik PT Pancamerak Samudera Surabaya, PT Pancaran Samudera Transport Jakarta, PT Nasional Bina Buana Bintan, dan PT Peti Samudera Adi Jaya Samarinda.
"Setelah itu, ada kejadian yang berulang dan sudah ada empat kejadian lagi," kata Deputi Indonesia Coralreef Action Network (I-Can), Amiruddin, saat beraudiensi dengan Komisi B DPRD Jateng, Senin (4/9/2017) sore.
Ia mengungkapkan, luasan terumbu karang yang rusak pun juga bertambah.
Baca: Museum Keris Pindahkan 25 Keris Nusantara ke Kampus UNS Solo, Ini Tujuannya
Saat Februari lalu kerusakan sekitar seluas 1.660 meter persegi.
"Luasan yang rusak juga tambah. Sebab mereka parkir (menyandarkan kapal tongkang) nggak pernah memerhatikan arah angin, dan di sana pun juga bukan tempatnya bersandar kapal," katanya.
Amiruddin mengungkapkan, bahwa jika sebelumnya alasan kapal-kapal tongkang tersebut bersandar dengan alasan menghindari cuaca buruk, hal itu hanyalah dalih.
Karena saat ini yang notabene cuaca cenderung baik pun tetap bersandar.
"Soal cuaca itu dalih saja, kan sudah delapan kali," ujarnya.
Baca: Duh, Kinerja Lurah di Kabupaten Semarang Kalah dari Kepala Desa, Ini Reaksi Bupati
Menurutnya, ini sangat ironi. Mengingat kawasan kepulauan Karimunjawa merupakan konservasi terumbu karang dan sebagai destinasi wisata bahari andalan. Namun kenyataannya, saat ini kapal-kapal tongkang justru bersandar lebih masuk ke dalam kawasan kepulauan.
"Mereka sudah masuk lebih dalam ke arah karimun, padahal di dalamnya banyak terumbu karang. Kita saja yang bawa perahu bawa wisatawan saja, nggak berani masuk area (kawasan terumbu karang) karena takut kena karang. Tapi mereka langsung masuk saja sembarangan nabrak," ungkapnya.
Saat ini, lanjutnya, masyarakat setempat sedang menahan amarah terkait perusakan alam itu. Ia berharap, pihak terkait segera bertindak cepat agar tidak terjadi konflik horizontal di Karimunjawa.
"Agar penduduk dengan pengusaha nggak terjadi perang horisontal, Balai Taman Nasional Karimunjawa, Syahbandar Karimunjawa, harus segera bertindak sebelum masyarakat angkat parang. Sebab di sana masyarakat sudah sangat emosi," katanya.
Baca: Di Vihara Terbesar Kebumen, Umat Buddha Kecam Konflik Berdarah di Myanmar
Di sisi lain, rekomendasi dari kementerian lingkungan hidup yang sebelumnya telah menerjunkan tim untuk datang ke lokasi terumbu karang yang rusak pada Februari lalu, hingga kini belum ada. Selain itu, kata Amiruddin, kasus yang ditangani oleh Polda Jateng dinilai tak ada progresnya.
Sementara Anggota Komisi B DPRD Jateng, Messi Widyastuti, minta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait (Polair Polda Jateng dan Direktorat Hubungan Laut Kementerian Perhubungan). Laporan hasil koordinasi harus dilaporkan ke dewan.
Ketua Komisi B DPRD Jateng, Chamim Irfani mengatakan, kapal tongkang tidak boleh masuk Karimunjawa, sekalipun itu ada zona tradisional (dermaga untuk nelayan) ataupun dengan alasan untuk keselamatan akibat cuaca buruk.
Menurutnya, dari hasil rapat dengar pendapat dengan sejumlah pihak beberapa waktu lau, masuknya kapal-kapal tongkang di Karimunjawa, difasilitasi oleh dua orang dari swasta yang memandu berlabuh ke dermaga.
"Dua orang pemandu itu memfasilitasi mengikat kapal di dermaga, itu penyebab kerusakannya. Padahal itu dilarang," ujarnya.(*)