LIPUTAN KHUSUS
AYAM KAMPUS Layani Bos Hidung Belang dan Tetap Bisa Punya Pacar
Ada beberapa jenis ayam kampus. Antara lain, Kenangan tetap berkuliah dan nyambi jadi "ayam kampus".
Interpretasi pada selera (taste), gaya hidup, dan fashion bergeser dari sekedar nilai-guna (used-value) menjadi nilai-tanda (sign-value). Kaum wanita banyak yang mulai merubah cara pandang penggunaan materi-nya dari sekedar berorientasi nilai-guna menjadi bernilai tanda atau simbolik.
Termasuk dalam memosisikan momen kuliah di perguruan tinggi tidak sedikit yang memanfaatkannya bukan sebagai tempat belajar, tetapi wahana mendapatkan nilai simbolik atau bahkan komodifikasi.
Guna memenuhi tuntutan mendapatkan identitas sebagai wanita modern, tidak sedikit mereka yang menjadikan kuliahnya sebagai sarana mendapatkan nilai-simbolik.
Fenomena mahasisi nakal juga didiukung meningkatnya budaya kota yang makin rasional, di mana ikatan kultural dan pengawasan sosialnya menipis, sementara kehadiran apartemen, hotel, klub malam, dan tempat-tempat hiburan lain makin meningkat.
Itu semua makin menguatkan potensi mahasiswi nakal makin terfasilitasi dan termanjakan. Begitupun dengan ketersediaan IT, dan media sosial yang menguatkan gejala ini.
Selain itu, faktor keluarga yang makin egaliter yang ditandai ekonomi sebagai prize atau kredo yang harus dikejar. Keluarga bergeser dari sekedar institusi budaya, kini cenderung menjadi institusi ekonomi.
Sisi humanitas jadi mulai pudar menghilang dalam keluarga, dan individu sebagai anggota berubah menjadi homo economicus.
Bagaimana sikap Universitas jika mengetahui ada mahasiswa yang nyambi jadi ayam kampus?
Pihak universitas tidak menutup mata dengan adanya fenomena 'ayam kampus'. Pembinaan hingga pemberian sanksi tegas bagi yang terbukti melanggar telah disiapkan untuk menjaga nama baik instansi pendidikan.
Kepala UPT Pusat Humas Universitas Negeri Semarang (Unnes), Hendi Pratama mengatakan, pergaulan generasi muda di Indonesia menurut sudut pandang pendidikan masih harus tetap diarahkan ke koridor norma bangsa yang beradab.
Dengan kondisi itu, kampanye antipergaulan bebas di kampusnya terus digalakkan. Mahasiswa telah diberikan sosialisasi mengenai antipergaulan bebas pada tahap orientasi awal, dan secara berkala saat mereka kuliah.
"Tidak jarang pimpinan kampus juga berkoordinasi dengan masyarakat sekitar dan pihak berwajib untuk membangun lingkungan yang sehat dalam memantau pergaulan mahasiswa," kata pria yang juga Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unnes itu, kepada Tribun Jateng, baru-baru ini.
Selain melanggar norma, Hendi menilai, pergaulan bebas juga dapat memengaruhi keberhasilan akademis mahasiswa. Tak jarang mahasiswa gagal dalam pembelajaran bukan karena bodoh, tetapi karena efek negatif pergaulan yang tidak terarah.
Pihaknya tidak menolerir mahasiswa yang melakukan pelanggaran etika, apalagi jika ada yang terbukti terlibat pada fenomena prostitusi ilegal.
Sejauh ini, Hendi berujar, belum ditemukan mahasiswi di kampusnya yang terlibat pada pelanggaran itu. Tetapi jika ditemukan, ada Sidang Dewan Etika yang sudah ia siapkan. Sanksinya bisa berupa skors ataupun drop out (DO), tergantung tingkat pelanggarannya.
Senada disampaikan Humas Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Agustri. Pembekalan serta kegiatan yang mengarah ke hal-hal produktif diberikan kepada mahasiswa agar mereka terhindar dari pergaulan bebas.
Selain disibukkan dengan aktivitas akademis seperti perkuliahan, mahasiswa juga banyak terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus, mulai aktivitas kewirausahaan, unit kegiatan mahasiswa (UKM), dan lain-lain.
Selain itu, mahasiswa juga dibekali dengan siraman rohani dan kajian agama yang sudah rutin dilakukan seperti Persekutuan Kerukunan Mahasiswa Katolik (PKKMK), Badan Amalan Islam (BAI), dan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK).
"Unit itu menjadi satu upaya Udinus mengatasi maraknya kemungkinan adanya 'ayam kampus'. Sejauh ini masih amam-aman saja. Kalau toh memang ada, mudah-mudahan tidak ada, sanksinya berupa pembinaan," imbuhnya. (tribunjateng/cetak/tim lipsus)