Panti Asuhan Tunas Rajawali Semarang Tampung Puluhan Anak dari Berbagai Wilayah Indonesia
Panti asuhan tersebut kini mengasuh 59 anak yatim dan kurang mampu dari seluruh pelosok wilayah Indonesia
Penulis: m zaenal arifin | Editor: m nur huda
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tidak banyak yang tahu akan keberadaan Yayasan Panti Asuhan Tunas Rajawali yang terletak di Taman Adenia Raya Blok N1-N2, Perum Graha Padma, Kelurahan Tambakrejo, Semarang Barat.
Panti asuhan tersebut kini mengasuh 59 anak yatim dan kurang mampu dari seluruh pelosok wilayah Indonesia.
Panti asuhan Tunas Rajawali berdiri di atas lahan seluas 7.132 meter persegi. Berdirinya yayasan ini memiliki sejarah yang panjang dengan berpindah-pindah tempat dimulai tahun 1993 karena belum memiliki tanah dan rumah sendiri. Baru pada Oktober 2014 panti asuhan menetap di Perum Graha Padma sampai sekarang.
Ketua Yayasan Panti Asuhan Tunas Rajawali, Anton Tobing mengatakan, berdirinya panti asuhan Tunas Rajawali berawal dari kerinduan De La Croix Edith Ellen, untuk melayani dan memperhatikan anak-anak. Lantas, pada 2013, Ellen pun mengambil beberapa anak untuk dibina dan dididik.
"Mereka diberikan pendidikan yang baik, diberikan motivasi, kebutuhan hidup yang lebih layak dan diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik," kata Anton saat ditemui di panti asuhan, Sabtu (25/8/2018).
Kali pertama, panti asuhan Tunas Rajawali menempati sebuah rumah di Jalan Kenanga No 17, Semarang, dengan status kontrak selama 1 tahun dan 3 tahun kemudian dipinjamkan secara cuma-cuma.
"Pada saat itu kami belum memiliki badan hukum, tetapi hanya ijin dari RT/RW dan Kelurahan setempat. Dan kami hanya membantu untuk kalangan terbatas saja," ucapnya.
Pada awal pelayanan, panti asuhan ini hanya berbentuk keluarga besar dengan 6 staff dengan 9 anak asuh. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang mengetahui keberadaan panti asuhan Tunas Rajawali, dan banyak yang datang dan meminta bantuan pendidikan dan keuangan.
Jumlah anak asuh semakin banyak pada 1997 sehingga memaksa pengelola harus mencari tempat baru. Pada akhir 1997 itu panti asuhan Tunas Rajawali akhirnya pindah dengan mengontrak rumah yang cukup besar di Jalan Sinabung V/ 9 Semarang.
Pada Oktober 2000, panti asuhan pindah lagi ke sebuah rumah kontrakan di Jalan Gajah Mungkur Selatan No. 9 Semarang karena rumah yang lama akan dipakai pemiliknya.
"Karena jumlah anak yang semakin banyak, kami berinisiatif untuk melembagakan keluarga besar ini menjadi Yayasan Panti Asuhan sehingga kami berbadan hukum tetap. Akhirnya kami resmi menjadi bdan hukum pada Maret 2012 dengan turunnya SK Menkumham," tuturnya.
Persoalan tidak berhenti di situ saja. Persoalan baru muncul karena rumah kontrakan yang 14 telah ditempati sudah rapuh dan hampir roboh karena berusia lebih dari 100 tahun. Panti asuhan kemudian memperoleh sebidang tanah di perumahan Graha Padma seluas 7.132 meter persegi. Saat itu juga dimulai pembangunan. Pada Oktober 2014, panti asuhan resmi pindah dan menempati rumah baru kami dengan status milik sendiri.
"Saat ini kami kami memiliki 59 anak asuh yang kami bina dengan perincian 52 anak tinggal bersama kami di asrama panti asuhan dan 7 anak yang tinggal bersama keluarga mereka. Mereka semua bersekolah dari tingkat TK sampai Universitas," jelasnya.
Setiap anak yang berada di panti asuhan tersebut bersal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu. Mereka diambil dari informasi para pendeta di seluruh Indonesia dan setelah dilakukan survei untuk memastikan status ekonomi mereka.