Sintren, Tarian Berbalut Mistis yang Mulai Jarang Ditemui
Bau wangi kemenyan tercium dari kejauhan. Sementara itu, belasan pemain gamelan terus menabuh alat-alatnya di atas panggung.
Penulis: budi susanto | Editor: galih permadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Bau wangi kemenyan tercium dari kejauhan. Sementara itu, belasan pemain gamelan terus menabuh alat-alatnya di atas panggung.
Irama dari pengiring musik pun semakin kencang, namun, tanda-tanda adanya penari belum juga terlihat.
Di belakang panggung, seorang pria yang mengenakan baju berwarna hitam berbalut baju Jawa mengangkat tembikar yang berisi kemenyan, kepulan asap putih dengan bau khas dari kemenyan serontak membuat para penasaran dan mencari-cari asal dari bau tersebut.
Tak lama, beberapa gadis muncul, lenggak-lenggok gerakan tubuhnya membukan penampilan kesenian tradisional Sintren yang kini mulai jarang ditemui.
Dibarengi alunan musik, seorang gadis berumur belasan dan sebuah kurungan berdiameter sekitar 1 meter dengan tinggi 1,5 meter dibawa dari dibelakang panggung ke tengah-tengah penari.
Gadis tersebut kemudian dimasukan ke dalam kurungan yang ditutup kain berwarna orange bergaris hijau, pria yang membawa menyan langsung memberikan mantra di atas kurungan tersebut.
Usai kurungan dibuka, gadis tersebut langsung berlenggak-lenggok mengikuti irama dari gamelan, bahkan, gadis yang dikethui bernama Anisa Ulhasanah Hikmah (15) langsung naik diatas kurungan untuk menari.
Anisa menari hampir 30 menit, kemudian pria yang mengenakan baju hitam kembali memasukan gasis tersebut kedalam kurungan.
Betapa terkejutnya para penonton, pasalnya, saat kurungan dibuka Anisa sudah berganti baju. Tepuk tangan meriah mengakhiri pertunjukan di halaman komplek GPU Kabupaten Pekalongan siang itu.
Saat ditanya Tribunjateng.com, Anisa menuturkan tak sadar apa yang sudah ia lakukan di hadapan penonton.
"Saya hanya ingat sebelum kurungan masuk kurungan, namun setelah itu saya tidak sadar apa yang saya lakukan, hanya saja setelah pertunjukan kepala saya merasa pusing," katanya, Rabu (20/9/2018).
Gadis 15 tahun tersebut mengatakan beberapa kali menjadi Sintren, dan sama ia tak sadarkan diri dalam pertunjukan.
"Beberapa kali sata jadi Sintren rasanya sama, walaupun demikian, saya bangga bisa melestarikan kebuadayaan daerah," jelasnya.
Sementara itu, Nyuwito Bagus Pramudyo pria yang mengenakan baju hitam berbalut baju Jawa dan membakar menyan dalam pertunjukan menambahkan, menyan tak bisa dipisahkan dalam pertunjukan Sintren.