Pemilu 2019
Paslon Capres-cawapres, Hacker Rusia, Media Sosial dan Perang Udara
Peretas Rusia yang dimaksud juga merupakan 'think-tank' saat kampanye pemenangan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016.
Menurutnya, tidak ada akses kubu mereka ke peretas asal Rusia tersebut. Terlebih, pasangan nomor urut 2 sudah merasa cukup dengan adanya bantuan dari relawan yang bergerak selama ini di media sosial.
"Enggaklah. Kita cukup dengan relawan saja. Lagian, enggak ada akses ke mereka," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, terlalu jauh mengaitkan Pilpres 2019 kali ini dengan hadirnya peretas Rusia yang pernah terlibat dalam kampanye Donald Trump di Amerika Serikat. "Terlalu jauhlah. Saya kira tidak ada yang seperti itu di pilpres Indonesia," imbuhnya.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni mengatakan, sejauh ini timnya masih percaya dengan kemampuan anak bangsa.
Masyarakat, kata dia, menjadi konsultan politik pasangan nomor urut 01 itu. "Tidaklah. Kami masih percaya dengan anak bangsa. Tidak perlu konsultan politik dari luar negeri," tegasnya.
Dia menyatakan, apabila benar ada pihak yang menggunakan jasa asing, maka sudah dapat dipastikan akan diintervensi kebijakan-kebijakannya. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus memperhatikan informasi tersebut.
"Itu kan berarti ada intervensi dari asing. Kalau benar ada, ya Bawaslu harus bisa mengawasi ini," imbuhnya.
Setidaknya ada 200 orang operator disiapkan oleh kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno dikerahkan untuk 'perang udara' untuk kampanye dan counter di media sosial atau cyber pada Pilpres 2019 kali ini.
Wakil Ketua Direktur Informasi dan Teknologi pasangan Prabowo-Sandi, Vasco Ruseimy menjelaskan, sejauh ini terdapat 200 orang yang terdiri atas sukarelawan, anggota masyarakat dan anggota parpol sudah menyebarkan kebaikan Prabowo-Sandi, sesaat setelah pengumuman pasangan calon awal Agustus 2018 lalu.
"Kalau mulai sih dari kemarin. Mereka sudah banyak menyebarkan kebaikan dan program Pak Prabowo dan Pak Sandiaga setelah pengumuman," beber Vasco kepada Tribun, Jakarta, Sabtu (22/9).
Ia menjelaskan, cara kerja para pasukan tim udara kubunya itu. Sejauh ini, 200 orang tersebut masih bekerja secara mandiri. Dengan modal telepon genggam atau gadget di tangan dan bergerak secara mobile, mereka menyebarkan agenda dan apa saja yang sudah dilakukan oleh pasangan nomor urut 02 tersebut kapanpun mereka inginkan ke media sosial dan aplikasi percakapan.
"Sejauh ini memang mereka sendiri-sendiri. Toh, sekarang juga kan, baru mau dibentuk timnya," urainya.
Di bawah komando, Mayjen TNI (Purn) Wiryono, nantinya pasukan siber tersebut akan diberikan arahan agar menciptakan suatu konten atau materi-materi yang diperlukan untuk disebarkan ke media sosial.
"Setelah ini, kalau timnya sudah pasti, akan ada perencanaan untuk konten yang bisa disebarkan di media sosial. Tapi, percayalah kami masih unggul di media sosial dibanding pemenangan sebelah," imbuhnya.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Verry Surya Hendrawan menjelaskan, justru pihaknya lebih siap untuk 'pertempuran udara'. Dia menceritakan, beberapa hari lalu sudah ada pelatihan untuk para 'pasukan udara' Jokowi-Ma'ruf Amin di Gedung High End, Jakarta.
"Jumlahnya kalau ditotal itu, hampir samalah 200 orang. 90 orangnya, kami dari partai politik pengusung, sisanya dari sukarelawan. Kami sudah pelatihan awal kemarin. Jadi, tinggal follow up saja," katanya saat ditemui di Kantor KPU, Jakarta. (Tribunjateng/Tribun Network/ryo/coz)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/dua-paslon-capres-cawapres_20180925_005206.jpg)