Novel Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer Sempat Ditawar Sutradara Asal Amerika
Sebagai alumni sastra arab UGM, Agus Wahyudi tergelitik untuk membedah karya-karya Pramoedya ini.
Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: suharno
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - "Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah," itulah quote abadi penulis Bumi Manusia, yang menjadi penyemangat para penulis muda masa kini, Pramoedya Ananta Toer.
Tetralogi Bumi Manusia atau tetralogi Buru tentu sudah tidak asing lagi di hati para pembaca Pramoedya Ananta Toer.
Mulai dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Keempat novel tersebut mengisahkan sosial, politik, dan kebudayaan yang sangat dekat dengan dengan kehidupan sehari-hari kita.
Siapa sangka Bumi Manusia terlahir saat Pram, sapaan akrab sastrawan kelahiran 6 Februari 1925 ini tertuang dan ditulisnya dari bilik jeruji penjara, yakni di Pulau Buru.
Baca: Adik Pramoedya Ananta Toer Terima Penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Tengah
Diskusi mengenai Pram memang tidak akan pernah ada habisnya dari forum ke forum.
Termasuk saat Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang mengadakan Pesta Sejuta Buku di Gedung Auditorium Imam Bardjo Universitas Diponegoro (Undip) Pleburan Semarang.
Ada berbagai rangkaian agenda, satu di antaranya yakni Diskusi Bumi Manusia-nya Pram dengan pendedah Agus Wahyudi, Jumat (2/11/2018).
"Ya buku yang ditulis Pram memang difilmkan oleh Mas Hanung Bramantyo," jelas Agus Wahyudi kepada Tribunjateng.com.
Penulis dari Makrifat Jawa ini, Agus Wahyudi, mengungkapkan jika Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer pernah ditawar oleh Sutradara berkebangsaan Amerika Serikat bernama William Oliver Stone.
"Pihak keluarga Pram tidak mengizinkan, kala itu buku Bumi Manusia mau ditawar hak ciptanya untuk difilmkan sekitar Rp 15 miliar-an," jelas Agus Wahyudi.
Baca: Inilah Foto-foto Teaser Film Bumi Manusia yang Dibintangi Iqbaal Ramadhan
Sebagai alumni sastra arab UGM, Agus Wahyudi tergelitik untuk membedah karya-karya Pramoedya ini.
"Nah keluarga Pram menginginkan jika Bumi Manusia ingin difilmkan, mereka ingin harus dari Indonesia, akhirnya jatuhlah kepada mas Hanung. Mas Hanung sudah dipercaya dan diberikan amanah oleh keluarga Pram untuk membuat film ini," imbuh penjelasan Agus.
Terkait pemilihan pemain Bumi Manusia memang menuai pro dan kontra para pembaca. Ada yang setuju dan memiliki pandangan kurang greget.
Di media sosial kala itu sangat booming. Pihak pro menyerahkan kreativitas sepenuhnya dengan sutradara film, yang kontra mengemukakan terkait sakralnya tokoh Minke dalam Bumi Manusia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/diskusi_20181102_225159.jpg)