Liputan Khusus
Megaproyek Semarang Outer Ring Road, Demak dan Kendal akan Tersambung
Pemkot Semarang menggagas pembangunan jalan arteri Semarang Outer Ring Road (SORR), guna mengurai kepadatan kendaraan di titik-titik rawan.
Menurut Hendi, jika segmen Mangkang - Arteri Utara, nanti seluruh pembiayaan menggunakan skema KPBU, maka Pemkot tak perlu mengeluarkan banyak biaya. "Hari ini kita belum keluar duit, kita serahkan ke investor," tutur dia.
Pembebasan Lahan Butuh Biaya Besar
KEPALA Dinas Pekerjaan Umum (DPT) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, mengatakan tak ada target kapan seluruh segmen SORR harus selesai dikerjakan. Menurut dia, ini lantaran Pemkot terkendala dana untuk pembebasan seluruh lahan yang dibutuhkan.
Menurut dia, kebutuhan dana yang cukup besar untuk pembebasan lahan, tak bisa disediakan Pemkot dalam waktu satu, dua, atau bahkan tiga tahun mendatang. "Kita ini ada persoalan biaya, kemampuan anggaran keuangan kita terbatas," ujarnya, saat ditemui di kantornya, kemarin. Untuk pembebasan lahan secara keseluruhan, menurut dia, diperkirakan mencapai Rp10 triliun atau bahkan bisa lebih.
Disampaikan, untuk segmen satu, kendala dana dapat diatasi dengan skema pembiayaan KPBU. Sehingga, nantinya jalur yang ada menjadi jalan tol, bukan berupa jalan arteri. "Tapi secara fungsi tetap sebagai bagian dari SORR, hanya soal skema pembiayaan saja," kata Iswar.
Sementara, untuk segmen dua hingga lima, diakuinya, memang masih jauh dari kata selesai. Bahkan, dituturkan, pembebasan lahan yang ada baru dimulai untuk segmen empat: Mangkang - Mijen.
Disinggung mengenai dana yang disiapkan pemerintah untuk segmen, Iswar mengaku tak ingat secara pasti. Hanya, menurut dia, proses pembebesan lahan yang ada belum sampai separuh dari kebutuhan.
"Pembebasan lahan secara keseluruhan masih sangat jauh. Untuk segmen Mangkang - Mijen saja baru mencapai sekitar 30 persen, ini yang sedang menjadi fokus kita," ucapnya.
Urai Kemacetan
Ditandaskan Iswar, kendati tak tentu kapan seluruh segmen dari SORR dapat diselesaikan, ia menandaskan realisasi dari megaproyek ini sangat dibutuhkan Kota Semarang, guna mengurai kepadatan kendaraan di titik-titik rawan kemacetan.
Menurut dia, saat ini sebagai kota besar, Semarang hanya mempunyai jalan Siliwingi, untuk arus kendaraan dari arah timur - barat dan sebaliknya.
Sementara, untuk arah selatan - utara atau sebaliknya, Kota Semarang hanya memiliki jalur utama di Perintis Kemerdekaan - Jalan Gombel - S. Parman dan seterusnya. "Sehingga, sangat rawan terjadi kemacetan di persimpangan-persimpangan yang cukup ramai arus lalu lintasnya. Pasti terjadi penumpukan kendaraan di simpang-simpang itu," ujar dia.
Menurut dia, dengan adanya SORR, nantinya kendaraan yang melintas dapat melalui ring road terebih dahulu, baru masuk ke jalan arteri. Atau bahkan, kendaraan yang tak punya kepentingan di sekitar pusat kota, tak perlu melintasinya, dan dapat segera ke tujuan melalui jalur outer ring road.
Semisal, kendaraan dari arah Mangkang yang hendak menuju Banyumanik, nantinya dapat langsung melintas melalui SORR. Tak perlu melintasi sekitar pusat kota, seperti sekarang ini. Selain itu, di beberapa titik, nantinya jalur ring road juga akan terintegrasi dengan tol trans Jawa, yang melintasi Kota Semarang.
Lalau kenapa SORR masih dibutuhkan sementara sudah ada ruas tol trans Jawa? Menurut dia, tangkapan kendaraan yang disasar antara tol dan ring road berbeda. SORR menyasar semua jenis kendaraan, yang ada di seputar Kota Semarang, sementara, tol dengan segala aturannya lebih menyasar kepada kendaraan yang melintas trans Jawa.
Terpisah, warga Kecamatan Mijen, Hari S, mengaku mendukung realisasi pembangunan SORR. Menurut dia, dengan adanya jalur ring road, akan memudahkan mobilitas warga. Terlebih, menurut dia, saat ini lalu lintas kendaraan di Mijen sudah cukup padat.
"Jalur sini kan juga menjadi alternatif orang menuju Kabupaten Semarang, jika ada SORR tentu jalannya lebar dan tidak macet," ujarnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/tol-laut-semarang_20180915_104725.jpg)