NH Dini Meninggal Dunia - Inilah Kenangan Terakhir Marie-Claire Lintang Coffin Putri Sulung NH Dini
NH Dini meninggal setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di tol Tembalang, Kota Semarang sekitar pukul 11.00 sepulangnya melakukan terapi akupuntur.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: galih permadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Amanda Rizqyana
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Kematian novelis kelahiran Semarang, Nurhidayah Sri Hardini Siti Nukatin pada Selasa (4/12) merupakan kabar duka yang mengejutkan banyak pihak.
NH Dini meninggal setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di tol Tembalang, Kota Semarang sekitar pukul 11.00 sepulangnya melakukan terapi akupuntur.
Sempat dilarikan di Rumah Sakit Elizabeth, NH Dini, demikian nama penanya, menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 16.00.
Ia diperabukan di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa (YSGRA), Kabupaten Semarang pada Rabu (5/12) siang.
Menurut Prisilia Veronika Karnie selaku Staf Operasional Pemakaman dan Krematorium, perabuan dilaksanakan pukul 12.00.
Jenazah disemayamkan di rumah duka, Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik, Kota Semarang.
Setelah mobil jenazah yang membawa sastrawan feminis Indonesia tersebut tiba di komplek YSGRA, peti jenazah segera diletakkan di Aula Krematorium.
Banyak pelayat hadir. Mereka ialah kerabat dan keluarga, sahabat, tetangga, hingga penggemar.
Mereka datang atas inisiatif sendiri sebagai bentuk penghormatan terakhir pada mendiang yang wafat di usia 82 tahun.
Triana Noor Utami (51), warga Sleman, DIY Yogyakarta tiba di YSGRA pukul 10.00. Ia datang bersama suami, anak, kakak, dan kemenakan. Ia berangkat dari rumahnya sekitar pukul 07.15.
"Saya masih kemenakan dari Eyang Bibi," ujar wanita yang wajahnya hampir serupa dengan sosok NH Dini.
NH Dini memang dikenal oleh kemekannya dengan sebutan bibi. Mengingat usia beliau yang sudah sepuh, para kemenakan pun memanggilnya Eyang Bibi.
Triana sengaja datang langsung ke pemakaman karena waktu yang tidak memungkinkan bila ia harus menyambangi rumah duka.
Ia memilih memberikan doa terakhir jelang perpisahan dengan bibi yang memberinya panci teflon di hari pernikahannya 25 tahun silam.