Fadli Zon Minta Maaf: Saya Difitnah Menyerang Mbah Moen di Puisi Doa yang Tertukar
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon meminta maaf kepada KH. Maioen Zubair soal karya puisinya yang berjudul Doa Yang Ditukar
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon meminta maaf kepada KH. Maioen Zubair soal karya puisinya yang berjudul Doa Yang Ditukar.
Hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitternya @fadlizon, pada Minggu (17/2/19).
Dalam cuitan tersebut, Fadli Zon menyebut bahwa puisinya itu terus digoreng oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyebar fitnah.
• Tak Ada Kisi-kisi, Mahfud MD Nilai Debat Kedua Pilpres 2019 Nanti Malam Akan Lebih Orisinil
• Debat Kedua Pilpres 2019, Pendukung Tak Boleh Lagi Ada di Belakang Capres, Dinilai Ganggu Pemirsa
• Akan Lepas Jilbab, Salmafina Sunan Mantan Istri Taqy Maliq Minta Keputusannya Dihargai
• Jika Sudah Muak, Sudjiwo Tedjo Akan Nyatakan Dukungan Pilpres ke Sosok Ini
Berikut cuitan Fadli Zon selengkapnya:
"Puisi sy, “Doa yang Ditukar”, hingga hari ini terus digoreng oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan fitnah dan memanipulasi informasi.
Sy difitnah sbg telah menyerang K.H. Maimoen Zubair melalui puisi tsb. Tuduhan tsb sangat tidak masuk akal, mengingat sy sangat menghormati K.H. Maimoen Zubair dan keluarganya.
Untuk menghindari agar fitnah tsb tak dianggap sbg kenyataan, saya merasa perlu untuk menyampaikan klarifikasi tertulis sbg berikut:
1) Sy sangat menghormati K.H. Maimoen Zubair, baik sbg ulama, maupun sbg pribadi yg santun dan ramah. Beberapa kali sy bertemu dengan beliau. Beberapa di antaranya kebetulan bahkan bertemu di tanah suci Mekah, di pesantren Syekh Ahmad bin Muhammad Alawy Al Maliki, di Rusaifah.
2) Di tengah pembelahan dikotomis akibat situasi perpolitikan di tanah air, sy sllu berpandangan agar penilaian kita thdp para ulama sebaiknya tdk dipengaruhi oleh penilaian atas preferensi politik mereka. Hormati para ulama sama sprti menghormati para guru atau orang tua kita.
3) Justru krn sy sgt menghormati K.H. Maimoen Zubair, sy tdk rela melihat beliau diperlakukan tdk pantas hanya demi memuluskan ambisi politik seseorang ataupun sejumlah orang. Inilah yg mendorong sy menulis puisi tsb. Sy tdk rela ada ulama kita dibegal n dipermalukan semacam itu.
4) Secara bahasa, puisi yg sy tulis tidaklah rumit. Bahasanya sengaja dibuat sederhana agar dipahami luas. Hanya ada tiga kata ganti dlm puisi tsb, yaitu “kau”, “kami” dan “-Mu”. Tak perlu punya keterampilan bahasa yg tinggi untuk mengetahui siapa “kau”, “kami” dan “-Mu” di situ.
5) Apalagi, dalam bait ketiga, sy memberikan atribut yang jelas mengenai siapa “kau” yang dimaksud oleh puisi tersebut.
6) Pemelintiran seolah kata ganti “kau” dalam puisi tersebut ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair jelas mengada-ada dan merupakan bentuk fitnah.
7) Tuduhan tsb bukan hanya telah membuat sy tidak nyaman, tapi juga mungkin telah membuat tidak nyaman keluarga K.H. Maimoen Zubair. Kami dipaksa seolah saling berhadapan, padahal di antara kami tidak ada masalah dan ganjalan apa-apa.
8) Keluarga K.H. Maimoen Zubair, melalui puteranya, K.H. Muhammad Najih Maimoen, telah memberikan penjelasan bahwa beliau menerima klarifikasi saya bahwa kata ganti “kau” memang tidak ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/waketum-gerindra-fadli-zon.jpg)