Kemendikbud Sediakan Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang Tidak Ingin Sekolah di SLB
jika masih banyak anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani untuk pendidikan SLB.
Penulis: Alaqsha Gilang Imantara | Editor: galih permadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Alaqsha Gilang Imantara
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Padmaningrum menyadari jika masih banyak anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani untuk pendidikan SLB.
Dengan adanya UU No 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, anak berkebutuhan khusus (ABK) bisa bersekolah di sekolah inklusi, biarpun dia Tuna Rungu, Tuna Netra, Tuna Wicara dan Tuna Daksa mereka bisa bersekolah sekolah di sekolah inklusi atau sekolah umum, tidak harus di SLB.
"Jadi tidak perlu membangun SLB Negeri di suatu daerah untuk mengatasi keterbatasan SLB untuk menampung anak berkebutuhan khusus. Jikapun terpaksa membangun SLB Negeri harus memenuhi persyaratan berikut ini yaitu disediakan tanah terlebih dahulu untuk membangun SLB dan jumlah ABK di suatu daerah yang belum sekolah ada banyak sekali"ujarnya ditemui di kantor Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Jumat (26/4/2019).
Dia menyebut saat ini jumlah SLB Negeri dan Swasta di Jawa Tengah mencapai 185 sekolah dari 39 SLB Negeri dan 146 SLB Swasta dengan total 17.598 anak.
Sedangkan, anak berkebutuhan khusus di Jawa Tengah pada tahun 2014 yang belum terlayani jumlahnya mencapai 21.367 anak dengan rincian 655 tuna netra, 2971 tuna rungu, 4077 tuna grahita, 3427 tuna daksa, 765 tuna laras, 179 anak berbakat, 2752 tuna ganda, 843 hiper aktif, 924 ADHD, 551 Indigo, 1747 lambat belajar, 1480 autis, dan 996 tidak teridentifikasi.
"SLB di Demak ada dua yaitu SLB C.C1 Yaspenlub Demak terdiri dari 137 siswa dan SLB B Yaspenlub Demak sebanyak 71 siswa sehingga totalnya 208 siswa,"paparnya.
Untuk jumlah anak berkebutuhan khusus di Demak sebanyak 303 , dengan rincian 7 tuna netra, 37 tuna rungu, 53 tuna grahita, 35 tuna daksa, 3 tuna laras, 27 tuna ganda, 9 hiper aktif, 3 ADHD, 1 indigo, 27 lambat belajar, 49 autis, dan 27 tidak teridentifikasi.
Diakuinya, masih banyak guru yang tidak linier atau berasal dari lulusan jurusan pendidikan khusus untuk mengajar di SLB. Hal itu dikarenakan kampus yang menghasilkan lulusan guru dari jurusan pendidikan khusus di Jawa Tengah sedikit, hanya ada di UNS Surakarta.
Namun hal itu tidak menjadi suatu permasalahan karena yang terpenting yaitu pengalaman atau jam kerja untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus.
"Potensi anak berkebutuhan khusus luar biasa karena mereka memiliki berbagai potensi mulai dari menyanyi, tata boga, membatik, maupun olahraga,"tuturnya.
Sebagai contoh nyata, anak berkebutuhan khusus di Provinsi Jawa Tengah memiliki prestasi tingkat Internasional seperti prestasi siswa SLB Negeri Semarang yang juara di Malaysia tahun 2019 dan siswa SLB Negeri Surakarta yang berprestasi di Abu Dhabi tahun 2019.
"Kami berkomitmen dan memfasilitasi anak berkebutuhan khusus di Jawa Tengah agar terus berprestasi mewakili Jawa Tengah di tingkat Nasional maupun Internasional,"ucapnya.
Kepala Cabang Disdikbud Provinsi Wilayah II di Demak, Ernest Ceti Septiyani mengatakan ada lima permasalahan dalam pendidikan khusus dan layanan khusus di Provinsi Jawa Tengah yaitu yang pertama Ketersediaan Satuan Pendidikan Khusus dan layanan khusus di Jawa Tengah yang masih relatif terbatas.
"Siswa yang tidak tertampung di SLB bisa bersekolah di sekolah inklusi. Untuk SMA inklusi di Demak yaitu SMA Negeri 3 Demak yang saat ini memiliki 1 orang anak berkebutuhan khusus,"ujarnya ditemui di kantor cabang dinas pendidikan wilayah II Demak, Rabu (24/4/2019).
Kepala SLB C.C1 Yaspenlub Demak , Muhson mengatakan data anak disabilitas menurut kepala sekolah sebelumnya pada tahun 2013 yang bersumber Dinas Sosial Demak yaitu sebanyak 1500 anak. Namun yang baru tertangani 200 anak, sehingga yang belum tertangani lebih dari 1000 anak.
"Yang jelas Demak butuh SLB negeri supaya semua anak- anak Disabilitas di Demak bisa tertampung,"ucapnya, Jumat (26/4/2019).
Sementara itu, Kepala Disdikbud Demak, Anjar Gunadi menambahkan untuk di Demak tidak ada sekolah inklusi tingkat SD dan SMP.
"Kalau SD khusus inklusi tidak ada, Untuk SMP inklusi tidak ada.
Tetapi dulu ada beberapa SMP yang ditunjuk untuk menampung anak anak berkebutuhan khusus. Tetapi sekarang sudah tidak aktif,"imbuhnya.
Permasalahan kedua menurut Ernest Ceti Septiyani, yakni kuantitas dan kualitas guru dan atau tenaga kependidikan dengan Iatar belakang pendidikan khusus masih relatif terbatas.
"Yang ketiga, Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki SLB sebagai satuan pendidikan khusus dan layanan khusus masih relatif terbatas,"ungkap Ernest.
Yang keempat, sebagian besar belum memiliki gedung dan fasilitas umum yang aksesibel bagi ABK dan tidak memiliki fasilitas ruang terapis dan tenaga profesi terapis yang menjadi standar layanan penyelenggaraan sekolah.
"Yang kelima, Keberagaman kebutuhan beiajar secara optimal pada siswa dengan perbedaan fisik, inteIektual, sosial, emosi yang sangat beragam,"ucap Ernest.
Menurutnya, banyak potensi yang bisa digali dari siswa SLB. Untuk di Demak siswa SLB paling banyak menyukai seni membatik karena membatik adalah seni. Maksudnya pelajaran membatik untuk siswa berkebutuhan khusus itu sangat positif karena banyak unsur seni yang ada di dalam pembelajaran membatik sehingga siswa berkebutuhan khusus akan menikmati proses belajar di SLB.
"Melalui membatik diharapkan anak-anak memiliki kemandirian dan modal kewirausahaan ketika sudah lulus nanti. Kemandirian tidak hanya untuk melayani dirinya sendiri tetapi juga melakukan kegiatan produktif yang bermanfaat pada saat anak-anak tersebut tamat dari SLB,"sambung dia.
Kepala SLB B Yaspenlub Demak, Wati mengatakan membatik merupakan kegiatan yang paling dominan diterapkan dalam pembelajaran di SLB mulai tingkat SMP hingga SMA.
Di SLB tingkat SMP, anak - anak sudah memulai membatik untuk membuat slayer. Ketika sudah tingkat SMA, anak -anak membatik untuk memproduksi kain.
"Produksi SMP cuma pembuatan slayer, kalau sudah di tingkat SMA sudah berbentuk kain. Semuanya itu dinamakan batik tulis,"ucapnya.
Diakuinya, batik tulis memiliki kepuasan, nilai seni tinggi dan tingkat kesulitan tinggi dibandingkan batik cap.
Kain yang sudah jadi dipamerkan dalam event UMKM atau KONI. Kain batik juga dijual melalui orang ke orang atau online. Namun untuk penjualan dia tidak memiliki ruko sehingga sedikit terkendala.
"Dengan keterampilan membatik, anak-anak bisa berwirausaha setelah lulus dari SLB. Per tahun ada anak setelah lulus bisa mandiri dengan bekal keterampilan membatik,"tuturnya.
Rifki Wahyu Utomo, siswa kelas 12 SMALB Yaspenlub Demak merasa senang dan tidak kesulitan dalam membatik.
Hal yang sama diungkapkan Misrotul Hasanah, siswa kelas 10 SMALB Yaspenlub Demak. Dia senang dalam membatik. Dia membatik dengan tema belimbing dan ikan ciri khas Demak.
Awalnya, anak - anak membuat pola bebas menggunakan pensil sesuai ide mereka. Kedua; pola dikertas dijiplak di kain. Ketiga; dicanting pake malam. Keempat; kain diwarnai, tergantung kreativitas anaknya jangan terlalu banyak warna. Kelima; proses fiksasi, diberi waterglass untuk mengikat warna, supaya warna melekat di lain dan tidak mudah luntur.
Keenam; didiamkan kurang lebih 30 menit ditempat yang teduh. Ketujuh; setelah itu dicuci untuk menghilangkan water glass. Kedelapan; di lorot atau direbus untuk menghilangkan malam waktu penyantingkan.
Kesembilan; dijemur ditempat yang teduh sampai kering. Selanjutnya, disetrika biar rapi dan pengemasan packing
Guru Batik, Wangit mengatakan batik yang dibuat siswa-siswinya dengan panjang 215 cm dan lebar 115 cm dijual dengan harga Rp 120rb sampai Rp 250 ribu.
"Motif flame seharga Rp 175 ribu, Motif Ciprat Rp 120 ribu, Motif Bambu Ciprat Warna Rp 200 ribu, Motif Tumpal Garis Rp 150 ribu, Motif Lurik Dodle Art yang dipakai oleh pegawai Pemkab Demak Rp 250 ribu,"ucapnya.
Sedangkan, yang paling banyak dipesan batik hitam motif burung Rp 250 ribu dan batik merah motif kupu-kupu berantai Rp 250 ribu. (agi)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/murid-murid-tk-inklusi-talenta-semarang_20180424_170408.jpg)