Batik Gemawang Khas Kabupaten Semarang, Kreasi Motif Batik Antimainstream
Desa Gemawang merupakan desa wisata yang memproduksi batik yang terletak di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
Untuk batik tulis harga terendah berkisar Rp 600 ribu.
Ahmad Kholiq Fauzi, pemilik Batik Gemawang menuturkan mulanya usaha ini dipasarkan di Magelang.
"Awalnya saya memasarkan di Kota Magelang. Saya tidak berani masuk Kabupaten Semarang karena ada batik yang lebih dulu dibina oleh dinas Tapi akhirnya ketika mereka tidak bisa memenuhi permintaan, tahun 2009 saya baru masuk Kabupaten Semarang," tutur Ahmad.
Berdiri sejak 2006, kini permintaan Batik Gemawang terus meningkat 10-20 persen per tahun.
Kesuksesan Batik Gemawang hingga saat ini tak luput dari tantangan yang dilewati oleh Ahmad.
Ia menjelaskan tantangan terberat adalah membuat Batik Gemawang dikenal dan tidak mati oleh kota-kota lain yang dikenal sebagai kota batik.
"Tantangannya bagaimana kita bersaing, bukan untuk menyaingi tapi tidak mati begitu saja dengan kota yang dikenal sebagai sentra batik," tutur Ahmad.
Karena itu, inovasi dan kreasi terus dikembangkan dengan cara pemilihan motif yang berbeda.
Pewarna alam murni juga dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi konsumen.
Warna-warna yang digunakan untuk kain batik menggunakan pewarna indigofera, tarum atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan Tom.
Tom adalah jenis tumbuhan polong yang tumbuh sebagai gulma bagi tanaman kopi.
Hingga saat ini ada 15 karyawan baik full time maupun part time yang memproduksi batik gemawang.
Produksi juga dibantu oleh siswa magang dari SMKN 1 Jambu, Kabupaten Semarang.
Mila Amelia, siswi kelas XII SMKN 1 Jambu mengaku awalnya merasa kesusahan ketika membuat batik.
"Tapi karena sudah terbiasa jadi mudah," papar siswi jurusan Tata Busana itu di sela-sela mencanting batik.
Proses pewarnaan batik berlangsung paling lama setengah hari bergantung pada tingkat kerumitan motif batik. (iam/tribunjateng.com)