Kisah Arbitrase Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, Perundingan Sengketa Politik Setelah Perang Shiffin
Berikut ini kisah perundingan politik perwakilan Ali dan Abi Thalib dan Muawiyah setelah Perang Shiffin yang merupakan perang saudara.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUJATENG.COM - Berikut ini kisah perundingan politik perwakilan Ali dan Abi Thalib dan Muawiyah setelah Perang Shiffin yang merupakan perang saudara.
Setelah terbunuhnya khalifah ketiga Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah keempat.
Muawiyah bin Abu Sufyan kerabat Utsman bin Affan yang menjabat gubernur di Suriah, menginginkan agar Ali bin Abi Thalib meng-qisas pelaku pembunuhan Utsman di hadapan umum.
Karena berbagai pertimbangan, Khalifah Ali bin Abi Thalib menahan diri agar tidak gagabah dalam menghukum pelaku pembunuh Utsman.
Menurut beberapa ulama, Ali bin Abi Thalib ingin melihat kasus ini dari prespektif maslahah (manfaat) dan mafasadah (kerusakannya).
Peristiwa pembunuhan Utsman itu disebut oleh ahli sejarah Islam menjadi fitnah besar bagi generasi selanjutnya.
Ketidakterimaan Muawiyah dan para pengikutnya memunculkan perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Shiffin di tebing Sungai Firat Syam atau Suriah pada Mei-Juli 657 Masehi.
Peperangan tersebut mendapat hasil imbang, kemudian kedua belah pihak setuju untuk melakukan perundingan.
Dua delegasi pun terpilih, dari pihak Ali bin Abi Thalib mengirim Abu Musa Al Asy'ari dan Muawiyah mengirim Amr bin Ash.
Keduanya pun sepakat bertemu di Kota Dumatul Jandal.
Lalu di antara keduanya terjadi percakapan.
Abu Musa Al Asy'ari: Wahai Amru bin Ash, bangsa Arab mengandalkan Anda setelah terjadi pertempuran dengan pedang. Janganlah Anda mendorong umat untuk kembali ke pertempuran.
Amru bin Ash: Lantas bagaimana pendapat Anda, wahai Abu Musa Al-Asy’ari?
Abu Musa Al-Asy’ari: Saya berpendapat bahwa kita berdua lebih dulu harus mencopot dua khalifah itu (Ali Abu Thalib dan Muawiyah) dari jabatan khalifah. Kemudian kita serahkan kepada umat untuk memilih khalifah yang mereka yang inginkan.
Amru bin Ash mengatakan: Saya setuju dengan usulan Anda.
Selesai bersepakat, keduanya menemui umat.
Kemudian Amru bin Ash meminta agar Abu Musa Al Asy'ari untuk terlebih dahulu berbicara, dengan alasan ia lebih dahulu masuk Islam dan lebih tua.
"Kami berdua mencapai suatu kesepakatan dan berdoa semoga Allah menjadikannya sebagai kesepakatan yang mendamaikan umat," ungkap Abu Musa di hadapan umat.
Ibnu Abas dari kubu Ali saat itu mencoba menasehati Abu Musa, jika ia sedang ditipu oleh Amru bin Ash.
Tapi Abu Musa menolak permintaan Ibnu Abbas.
Kemudian di hadapan pasukan Ali dan Muawiyah, Abu Musa mengumumkan hasil tahkim, “Kami berdua telah mencapai kesepakatan, yang kami nilai sebagai kesepakatan yang terbaik untuk umat, yaitu masing-masing dari kami berdua lebih dulu akan mencopot Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah dari jabatan khalifah. Setelah itu, menyerahkan kepada umat Islam untuk memilih khalifah yang mereka sukai. Dengan ini, saya nyatakan telah mencopot Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah."
Dalam kesempatan itu, perkataan Ibnu Abbas betul.
Setibanya giliran Amru bin Ash berbicara ia mengkhianati kepercayaan Abu Musa.
Amru bin Ash pun mengumumkan, “Kalian telah mendengarkan sendiri, Abu Musa Al-Asy’ari telah mencopot Ali bin Abu Thalib, dan saya sendiri juga ikut mencopotnya seperti yang dilakukan Abu Musa Al-Asy’ari. Dengan demikian, dan mulai saat ini juga, saya nyatakan bahwa Muawiyah adalah khalifah, pemimpin umat. Muawiyah adalah pelanjut kekuasaan Usman bin Affan dan lebih berhak menggantikannya."
Di atas adalah kisah arbitrase atau perundingan dalam perebutan perpolitikan di sejarah Islam.
Selain itu, Amru bin Ash telah memanfaatkan momen tahkim sebagai kesempatan merebut kekuasaan Ali.
Banyak ulama menyebutkan peristiwa tersebut menjadi fitnah besar.
Atas kejadian itu pula lahirlah kelompok Islam yang disebut Khawarij dan Syiah.
Dari kejadian itu pula putra Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali bin Abi Thalib wafat dengan kepala terpenggal.
Setelah kekuasaan dipegang oleh Muawiyah, dalam sejarah selanjutnya bangsa Arab dipimpin oleh Dinasti Bani Umayah.
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE:
Demikian kisah perundingan politik perwakilan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah dalam memperebutkan tahta khaliah.
Semoga bermanfaat bagi Anda. (tribunjateng/fajar bahruddin achmad)
• Bacaan Niat dan Tata Cara Sholat Tarawih Sendiri di Rumah
• Suami Istri Bersetubuh di Bulan Puasa Ramadhan Siang Hari, Inilah Hukum dan Sanksinya
• Onani dan Masturbasi di Bulan Ramadhan, Apakah Harus Mandi Junub? Berikut Penjelasannya
• Makan Sahur atau Mandi Besar Dulu Saat Junub pada Malam Ramadhan? Begini Penjelasannya