Ditipu Penyalur TKI dan Uangnya Raib, Awal Kisah Sukses Anik Jadi Pengusaha Jamur Krispi
Kisah Anik Purwanti (37) warga Sragen yang menjadi pengusaha jamur krispi usai menjadi korban penipuan perusahaan penyalur TKI.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: suharno
Diawal berwirausaha, Anik sempat membudidayakan jamur sendiri di polibag-polibag, namun ketika permintaan tinggi dirinya tidak bisa memenuhi dan akhirnya mencari jamur dari pembudidaya lain.
Saat itu, Anik menjual dagangan jamurnya dengan gerobak dan berjualan di Alun-alun Sragen.
"Setiap sore habis asar, saya mendorong gerobak ke alun-alun kira-kira 7km dari rumah, sampai malam jam sembilanan lebih," terang Anik.
Selama hampir empat bulan, Anik rutin mendorong gerobaknya ke alun-alun bersama ibunya menjual jamur krispi.
"Dulu jamur krispi belum seterkenal ini, jarang sekali yang beli, kadang orang mikirnya jamur itu beracun jadi takut beli," terang Anik.
Hingga pada suatu hari, Anik bertemu dengan seorang yang juga pengusaha, mengerti dan bergerak di bidang packaging. Asmadi namanya.
Anik pun diajari bagaimana mempackage jamur krispi yang dijualnya menjadi produk yang lebih bisa bertahan lama dan tetap renyah.
"Akhirnya pada Juli 2010 saya berkesempatan mengisi salah satu stan pesta rakyat acaranya salah satu bank lokal," ujar Anik.
• Asal Usul Nama Desa Cawet di Pemalang Jawa Tengah, Ada Slogan Cawetku, Cawetmu, Cawet Kita Semua
Pameran tersebut tentu membuat produk Anik lebih dikenal orang banyak.
Kini lulusan SMEA Negeri di Sragen ini telah sukses dengan produknya "DuCrija" yang telah tersebar di seluruh daerah di Indonesia.
Omzet penjualan yang didapat Anik pun mencapai Rp 8.000.000 hingga Rp 10.000.000 per bulan.
Rumah produksi Anik yang berada di Kedung Panas RT 18, Ngarum, Ngrampal, Sragen mampu mengolah jamur krispi 17 hingga 22 kg sehari.
Dalam produksi Anik hanya bersama suami, ibu, dan dua karyawannya.
Produk non MSG Anik juga telah menerima berbagai macam penghargaan dari tinggal daerah hingga provinsi.
Jamur Krispi yang Anik jual memiliki tujuh rasa, pedas, rumput laut, coklat, lada hitam, keju, original, sapi panggang. (Tribun Jateng/Mahfira Putri Maulani)