Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ditipu Penyalur TKI dan Uangnya Raib, Awal Kisah Sukses Anik Jadi Pengusaha Jamur Krispi

Kisah Anik Purwanti (37) warga Sragen yang menjadi pengusaha jamur krispi usai menjadi korban penipuan perusahaan penyalur TKI.

Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: suharno
TRIBUN JATENG / MAHFIRA PUTRI MAULANI
Anik Purwanti memperlihatkan produknya "DuCrija" di kediamannya Kedung Panas, Ngarum, Sragen. 

Kisah Anik Purwanti (37) warga Sragen yang menjadi pengusaha jamur krispi usai menjadi korban penipuan perusahaan penyalur TKI.

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Warga Sragen Anik Purwanti (37) tertipu puluhan juta oleh pemilik perusahaan yang akan membawanya ke Jepang.

Hal itu tentu membuatnya terpukul karena uang yang digunakannya membayar ialah uang hasil meminjam salah satu bank lokal.

"Saya ini bukan orang kaya, tidak punya apa-apa, akhirnya saya hanya bisa meminjam di bank dengan bunga yang tinggi," ujar Anik kepada Tribunjateng.com.

Anik sempat tinggal di penampungan sementara di Jakarta sebelum menuju ke negara tujuan.

Mengetahui telah tertipu Anik pun memilih tinggal di Jakarta bersama kakaknya yang juga sedang merantau dan tidak pulang ke Sragen.

Selang beberapa hari Anik mendaftarkan diri menjadi pembantu rumah tangga (PRT) di Singapura. Selama dua tahun Anik menempa dirinya menjadi PRT.

Kakak Beradik yang Kabur ke Balikpapan dan Lakukan Pernikahan Sedarah Bisa Dipidana

Tidak cukup untuk membayar utangnya di bank, Anik kembali menjadi PRT di Hongkong selama 4,5 tahun.

"Selama saya di Hongkong, ada kabar buruk, ayah saya sakit lalu meninggal karena terus dimintai bank segera membayar hutang jadinya kepikiran, saya sempat bingung mau melanjutkan kontrak atau tidak akhirnya saya lanjutkan, 4,5 tahun di Hongkong saya memilih pulang dan memulai usaha di rumah," terang ibu dua anak ini.

Sepulang dari Hongkong Anik mulai mencari usaha yang kira-kira sesuai dengan kemampuannya, kakak-kakaknya menawari untuk memulai usaha mie ayam walaupun terkesan sederhana namun penghasilan dari usaha mie ayam mampu untuk mencukupi kehidupan keluarga.

"Saya terima masukan itu, tapi saya tidak bisa memasak masakan Indonesia karena kelamaan di Hongkong," Anik beralasan.

Anik pun terus mencari bidang wirausaha yang mampu digelutinya, sampai akhirnya Anik memutuskan untuk usaha jamur tiram goreng.

Menurutnya, makanan yang terbuat dari jamur tiram mempunyai nilai gizi yang cukup bagus karena mengandung protein tinggi air serat vitamin mineral dan karbohidrat.

"Kalau membuat jamur goreng sepertinya agak mudah, dan usaha jamur goreng di lingkungan sini masih sedikit bahkan tidak," ungkap Anik.

Bupati Batang Serahkan Tanah 9,2 Hektar ke Undip Semarang untuk Bangun Dua Fakultas

Anik pun mencari informasi tentang budidaya jamur tiram dari berbagai sumber dan memulai usahanya.

Diawal berwirausaha, Anik sempat membudidayakan jamur sendiri di polibag-polibag, namun ketika permintaan tinggi dirinya tidak bisa memenuhi dan akhirnya mencari jamur dari pembudidaya lain.

Saat itu, Anik menjual dagangan jamurnya dengan gerobak dan berjualan di Alun-alun Sragen.

"Setiap sore habis asar, saya mendorong gerobak ke alun-alun kira-kira 7km dari rumah, sampai malam jam sembilanan lebih," terang Anik.

Selama hampir empat bulan, Anik rutin mendorong gerobaknya ke alun-alun bersama ibunya menjual jamur krispi.

"Dulu jamur krispi belum seterkenal ini, jarang sekali yang beli, kadang orang mikirnya jamur itu beracun jadi takut beli," terang Anik.

Hingga pada suatu hari, Anik bertemu dengan seorang yang juga pengusaha, mengerti dan bergerak di bidang packaging. Asmadi namanya.

Anik pun diajari bagaimana mempackage jamur krispi yang dijualnya menjadi produk yang lebih bisa bertahan lama dan tetap renyah.

"Akhirnya pada Juli 2010 saya berkesempatan mengisi salah satu stan pesta rakyat acaranya salah satu bank lokal," ujar Anik.

Asal Usul Nama Desa Cawet di Pemalang Jawa Tengah, Ada Slogan Cawetku, Cawetmu, Cawet Kita Semua

Pameran tersebut tentu membuat produk Anik lebih dikenal orang banyak.

Kini lulusan SMEA Negeri di Sragen ini telah sukses dengan produknya "DuCrija" yang telah tersebar di seluruh daerah di Indonesia.

Omzet penjualan yang didapat Anik pun mencapai Rp 8.000.000 hingga Rp 10.000.000 per bulan.

Rumah produksi Anik yang berada di Kedung Panas RT 18, Ngarum, Ngrampal, Sragen mampu mengolah jamur krispi 17 hingga 22 kg sehari.

Dalam produksi Anik hanya bersama suami, ibu, dan dua karyawannya.

Produk non MSG Anik juga telah menerima berbagai macam penghargaan dari tinggal daerah hingga provinsi.

Jamur Krispi yang Anik jual memiliki tujuh rasa, pedas, rumput laut, coklat, lada hitam, keju, original, sapi panggang. (Tribun Jateng/Mahfira Putri Maulani) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved