Kue Tradisional Ini Disebut Prol Tape, Ternyata Karena Hal Ini
Kue ini dinamakan "prol tape" karena teksturnya yang lembut dan langsung "ngeprol" (pecah) dalam mulut ketika dimakan.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: suharno
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Konon, lidah punya memorinya sendiri.
Rasa yang pernah tercecap lidah pada suatu masa, jika dicecap lagi setelah waktu yang lama, akan membawa serta kenangan-kenangan yang membersamainya.
Ya, indra perasa bisa memicu nostalgia.
Hal ini disadari betul oleh Sri Antini (46). Ia kerap menerima komentar-komentar bernada nostalgia dari para pembeli kue tradisional bikinannya. Prol tape, nama kue itu.
"Orang yang beli prol tape buatan saya banyak yang komentar, 'seperti kue zaman mbahku' atau 'jadi ingat zaman ibuku'," tutur ibu dua anak ini ketika dijumpai di kediamannya, Selasa (16/7/2019).
Antini menyebut, prol tape adalah kue tradisional yang telah ia tahu sejak ia kanak-kanak.
Sebagaimana namanya, bahan utama kue ini adalah tape singkong. Rasa kue ini legit.
Berdasarkan beberapa sumber, kue ini dinamakan "prol tape" karena teksturnya yang lembut dan langsung "ngeprol" (pecah) dalam mulut ketika dimakan.
Dengan merek dagang "Dapoer Mom An's", Antini sebetulnya tidak hanya membuat prol tape.
Ia juga membuat berbagai kue lain. Namun, prol tape adalah menu andalannya yang paling banyak diminati.
"Awalnya saya membuat kue kebutuhan lebaran, seperti kue kering, egg roll, dan kurma cokelat. Dua tahun belakangan saya buat salad buah juga. Kalau prol tape ini baru setahun belakangan. Tapi kemudian jadi yang paling banyak peminatnya," ujar warga Desa Parenggan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati ini.
Menurut Antini, berdasarkan keterangan pembelinya, prol tape bikinannya diminati karena sudah jarang yang menjajakan kue tradisional ini di pasaran.
"Setahu saya di toko-toko kue adanya cake tape. Tapi prol tape ini beda dari cake tape. Cake tape lebih dominan tepung dan bahan adonan lainnya. Sedangkan prol tape betul-betul dominan komposisi tapenya," jelas Antini.
Meski banyak diminati, setiap harinya Antini hanya memproduksi sekira 10 kotak prol tape.
Sebab, untuk memasak kue pesanan pelanggan, ia sendiri harus meluangkan waktunya yang banyak terpakai untuk bekerja dan berkomunitas.
Selain itu, sementara ini, semua proses memasak hingga bertransaksi dengan pelanggan masih ia kerjakan sendiri.
Sehari-hari, Antini bekerja di Sekretariat DPRD Kabupaten Pati. Di luar pekerjaannya, ia banyak bergiat di komunitas-komunitas sosial, antara lain Ayo Berbagi Pati dan Sedekah Rombongan.
"Setiap pagi, sebelum berangkat kerja, antara pukul 5 sampai setengah 6, saya sudah harus berburu tape di pasar. Sebab, pukul 7 saja sudah tidak ada penjual tape," jelas Antini.
Biasanya, Antini mulai memasak kue pesanan pelanggan pada sore hari sepulang kerja.
Baru malam atau keesokan harinya kue itu sampai ke tangan pembeli. Ia memang menjual kue-kue bikinannya dengan sistem pre-order.
Namun, setiap hari ia selalu membuat kue lebih dari jumlah pesanan.
"Untuk berjaga-jaga kalau ada yang pesan lagi. Selain itu, setiap hari saya juga selalu menyediakan yang khusus untuk saya berikan ke orang lain secara gratis. Bisa disebut sekalian promosi, disebut sedekah juga bisa," terangnya.
Proses memasak prol tape rata-rata memakan waktu 3,5 jam.
Satu jam untuk mencabuti serabut tape, 1 jam untuk membuat adonan dan peng-oven-an tahap pertama, serta 1,5 jam peng-oven-an tahap kedua.
Antini menjual prol tape bikinannya dengan harga Rp 35 ribu per kotak. Harga ini, diakuinya memang relatif mahal.
Namun, ia menjamin, harga itu sepadan dengan kualitas bahan-bahan yang ia gunakan.
"Bahan-bahan seperti susu, mentega, dan lain-lain yang saya pakai, saya pilih yang memang kualitasnya bagus dan agak mahal, bukan yang terlalu murah. Sebab, saya terbiasa memberi makan orang sesuai dengan apa yang saya makan. Prinsipnya seperti zakat fitrah, lah," jelasnya.
Antini menjelaskan, prol tape bikinannya ia konsep sebagai oleh-oleh. Bahkan, pada kemasan dus pembungkusnya tertulis "Oleh-oleh Bumi Mina Tani".
Sejauh ini, dengan konsep oleh-oleh ini, prol tape bikinannya telah "terbang" ke berbagai daerah. Antara lain Semarang, Yogyakarta, dan Balikpapan.
Bersama Komunitas UMKM Pati (KUPat), kue bikinannya juga kerap "mejeng" di berbagai pameran UMKM.
Sejak Februari 2015, usaha kue Antini telah mendapat perizinan P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan.
Adanya izin ini sebetulnya membuatnya lebih leluasa untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Namun, sekali lagi, karena kesibukannya, ia belum bisa banyak berproduksi.
"Saya kembangkan pelan-pelan. Meski dikerjakan sendiri, saya enjoy saja. Sebab memang saya hobi masak kue," pungkasnya. (Mazka Hauzan Naufal)