Dua Mahasiswi Universitas Muria Kudus Buat Media Pembelajaran Matematika untuk Tunanetra
Buah karya dari keduanya berupa Brama, akronim dari Braille Mathematic, bisa memudahkan tunanetra untuk belajar matematika.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: suharno
Lebih dari itu, dalam proses produksi media pembelajaran itu, kedua mahasiswi itu memilih kayu limbah mebel dari Jepara.
Alasan memakai kayu limbah, selain lebih murah dan mengingat pemanfaatan limbah kayu daripada dibuang atau dibakar.
“Kami punya teman dari Jepara. Kami coba manfaatkan limbah kayu mebel dari sana agar bisa dibuat jadi media pembelajaran sederhana, tapi memudahkan. Dengan limbah kayu, bisa lebih ekonomis daripada dibakar,” kata Arinda Pratiwi.
Selain memudahkan tunanetra, Brama dinilai juga bisa jadi media pembelajaran berhitung bagi anak usia dini.
Pada potongan kotak kayu yang sudah dilengkapi angka braille, di baliknya terdapat angka yang sudah dilengkapi warna mencolok.
“Media ini juga bisa menjadi pembelajaran matematika bagi mereka yang masih usia dini. Maka kami rancang di balik angka braille terdapat angka timbul berwarna mencolok,” kata Indah Yuni Puspita Sari.
Baru-baru ini, hasil karya keduanya mendapat penghargaan berupa medali perak pada International Science and Invention Fair 2019 di Bali pada 21-25 Juni 2019.
Semua itu tidak lepas dari pembimbing mereka, yaitu dosen bimbingan dan konselingnya di kampus, Richma Hidayati.
“Ke depan akan dikembangkan lagi. Rencananya nanti bisa disambungkan dalam bentuk audio dan aplikasi android. Jadi anak tunanetra bisa belajar menghitung dibantu dengan audio,” kata Rachmi.
Kemudian bulan depan, Brama juga akan diikutkan dalam kejuaraan internasional di Malaysia. (goz)