Kisah Mualaf Abraham Mantan Pendeta : Dari Lihat Bintang Bentuk Lafal Allah Lalu Nyantri di Kebumen
Di suatu malam yang temaram, Abraham Agus Setiono, seorang mantan pendeta dari Mojokerto merenungi keagungan semesta
Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
Karenanya, ia memutuskan mengubah namanya menjadi Ibnu Masngud, dalam bahasa Arab berarti anak yang beruntung.
Di usia yang menginjak senja, 50 tahun, ia merasa sangat beruntung mendapat petunjuk sebelum ajal menjemputnya.
Ia melepas masa lalunya dan menjalani kehidupan baru sebagai seorang mualaf.
Keputusan untuk beralih keyakinan bukan perkara mudah baginya.
Berbagai rintangan yang menghadang berhasil dia lalui.
Ia korbankan banyak hal demi menggapai ridho Illahi.
Masngud rela meninggalkan semua orang yang dia cintai.
Ia meninggalkan istri dan anak tercinta demi memperdalam ilmu agama Islam.
Di sisa umurnya, Masngud memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Dzat yang Maha Hakiki.
Di pondok pesantren Al Hasani Jatimalang Jatimulyo Alian Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Masngud berlabuh untuk mempelajari Islam lebih dalam.
Mantan pendeta ini memutuskan menjadi santri di bawah bimbingan Gus Asyhari Muhammad Alhasani atau akrab disapa Gus Hary.
"Saya dulu mantan pendeta, setelah masuk Islam, saya mengenal Gus Hari dan memperdalam ilmu agama Islam di pesantren sini,"katanya
Untuk belajar agama Islam, umur hanyalah masalah angka.
Masngud tak malu membaur dengan santri lain yang usianya jauh lebih muda untuk memperdalam ilmu agama.
Kepada Sang Pencipta, Masngud merendahkan diri.