Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Mualaf Abraham Mantan Pendeta : Dari Lihat Bintang Bentuk Lafal Allah Lalu Nyantri di Kebumen

Di suatu malam yang temaram, Abraham Agus Setiono, seorang mantan pendeta dari Mojokerto merenungi keagungan semesta

Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
ISTIMEWA
Mualaf Ibnu Masngud belajar ilmu agama di pesantren Al Hasani Kebumen di bawah bimbingan Gus Hari 

TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Hidayah bisa datang kepada siapa saja yang dikehendaki Allah.

Jalannya bermacam-macam.

Di suatu malam yang temaram, Abraham Agus Setiono, seorang mantan pendeta dari Mojokerto merenungi keagungan semesta.

Entah kenapa, pemandangan langit malam itu tak biasa.

Mantan Bandar Narkoba Gregetan : Setelah Nunung, Nunggu Giliran Artis Inisial SS Ditangkap

Nikita Mirzani Tertawakan Honor Barbie Kumalasari Tampil di TV, Sudah Dinaikkan 2 Kali Lipat

YI Warga Solo Korban Iklan Rela Digilir Gara-gara Utang di Pinjol Serahkan 10 Nomor Hp Peneror

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun! Anggota Brimob Bripka Desri Meninggal Digigit Ular di Papua

Jutaan bintang menabur cahaya hingga wajah langit merona.

Matanya terus meraba bintang-bintang yang berhimpun dan berjalan di langit.

Di sana, ia menyaksikan sebuah keajaiban yang menyisakan teka-teki banginya.

Ia tak habis pikir, kumpulan bintang yang berjalan itu membentuk sebuah tulisan Allah dalam huruf Arab.

Jika bintang saja bertasbih atas namaNya, kenapa manusia masih meragukan ke Esaan Nya.

Yang disaksikannya bukanlah kebetulan.

Cahaya bintang yang membentuk Asma Allah tembus ke dadanya.

Lorong hatinya benderang.

Jiwanya terguncang.

Inilah titik balik Abraham memeluk Islam.

Hidayah ini keberuntungan tak terhingga.

Karenanya, ia memutuskan mengubah namanya menjadi Ibnu Masngud, dalam bahasa Arab berarti anak yang beruntung.

Di usia yang menginjak senja, 50 tahun, ia merasa sangat beruntung mendapat petunjuk sebelum ajal menjemputnya.

Ia melepas masa lalunya dan menjalani kehidupan baru sebagai seorang mualaf.

Keputusan untuk beralih keyakinan bukan perkara mudah baginya.

Berbagai rintangan yang menghadang berhasil dia lalui.

Ia korbankan banyak hal demi menggapai ridho Illahi.

Masngud rela meninggalkan semua orang yang dia cintai.

Ia meninggalkan istri dan anak tercinta demi memperdalam ilmu agama Islam.

Di sisa umurnya, Masngud memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Dzat yang Maha Hakiki.

Di pondok pesantren Al Hasani Jatimalang Jatimulyo Alian Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Masngud berlabuh untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Mantan pendeta ini memutuskan menjadi santri di bawah bimbingan Gus Asyhari Muhammad Alhasani atau akrab disapa Gus Hary.

"Saya dulu mantan pendeta, setelah masuk Islam, saya mengenal Gus Hari dan memperdalam ilmu agama Islam di pesantren sini,"katanya

Untuk belajar agama Islam, umur hanyalah masalah angka.

Masngud tak malu membaur dengan santri lain yang usianya jauh lebih muda untuk memperdalam ilmu agama.

Kepada Sang Pencipta, Masngud merendahkan diri.

Selain belajar, kesehariannya ia isi dengan mengabdi.

Di sela mengaji, Masngud rutin membersihkan makam (maqbaroh) keluarga pesantren.

Ia juga rajin membersihkan kuburan masyarakat sekitar.

Tubuhnya boleh saja kotor berlumuran debu saat menyapu kuburan.

Justru jiwanya tersucikan karena pekerjaan ini.

Kuburan baginya adalah alarm yang selalu mengingatkannya pada kematian.

Di sana, orang-orang yang dahulu pernah hidup menikmati dunia, sudah melebur menjadi tanah.

Mereka tinggal nama yang tertulis di batu-batu nisan makam.

Tanah yang masih rata di antaranya terus melambai, siap ditempati orang yang tiba gilirannya.

"Dengan membersihkan maqbaroh (makam), kita tahu, kita semuanya akan meninggal dan kembali kepada Allah. Kita tidak lama hidup di dunia ini,"katanya

Semakin mengetahui Islam, Masngud kian terkagum dengan ajaran agama itu.

Agama ini mengajarkan kelembutan, kedamaian, hingga menghargai sesama manusia (toleransi).

Bukan mengajarkan kekerasan, ekstremisme hingga intoleran seperti yang dicitrakan negatif selama ini.

Gus Hary membenarkan, Islam sejatinya rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. K

Oleh karena itu, tidak mungkin agama ini mengajarkan rasisme, kebencian, radikalisme, dan intoleransi.

Sebaliknya, Islam mengajarkan umatnya untuk mengasihi sesama dan menghargai perbedaan (toleransi).

"Dia masuk Islam karena keinginan hati nuraninya, tidak ada paksaan. Semoga dengan Masngud masuk Islam dan memperdalam agama Islam, diberikan keistikamahan dalam beribadah. Dia berkeinginan menyempurnakan rukun Islam, pergi ke Baitullah," katanya. (khoirul muzakki)

Aturan Baru KAI untuk Penumpang Tarif Reduksi, dari Anggota TNI/Polri hingga Wartawan

Ini Tanggapan Sugiarto, Kepala Dukuh Kalibener Kedungwaru Demak Terkait Foto Pocong di Google Maps

Diduga Selingkuh di Lantai Dua, Nur Aeni dan Rofii Mendadak Diserang dan Dibacok Dua Pria Ini

Soal FPI, Menhan Ryamizard Ryacudu Tegas: Jika Nggak Taat Pancasila, Jangan di Sini

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE:

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved