Viral Postingan Buah yang Disuntik Darah Penderita HIV di Facebook, Cek Fakta dan Sisi Medisnya
Dalam postingan itu, terlihat buah yang di tengahnya terdapat warna merah, serta dilengkapi caption
TRIBUNJATENG.COM - Media sosial seperti Facebook sempat ramai mengenai postingan adanya buah yang disuntik menggunakan darah penderita HIV.
Dalam postingan itu, terlihat buah yang di tengahnya terdapat warna merah, serta dilengkapi caption.
Caption tersebut menjelaskan kalau buah yang tengahnya berwarna merah itu telah disuntik darah penderita HIV
Selain itu, ia juga menjelaskan mengenai siapa yang menyuntikkan serta tujuan penyuntikan itu sendiri.
Namun apakah postingan itu fakta atau hoax, lalu apa tujuannya?
• Sekarang Menikah, Dwinda Ratna Tolak Cinta Mas Pur Tukang Ojek Pengkolan Belasan Kali
• ILC Mendadak Hening saat Sandiaga Curhat Tidak Dilibatkan Pertemuan Prabowo-Megawati
• Nikahi Supermodel Indonesia, Baim Wong Sebut Biaya Bulanan Paula Verhoeven Mahal
• Live di Mata Najwa, DPP FPI Menangis: Kita Ingin Habib Rizieq Pulang, Dia Nggak Ngerugiin Indonesia
Media sosial belum lama ini diramaikan dengan informasi mengenai bahaya buah pisang yang diklaim telah disuntik darah penderita HIV.
Bahkan disebutkan darah penderita HIV sengaja disuntikkan dalam makanan oleh pengikut aliran sesat yang bertujuan membunuh jutaan orang di dunia.
Informasi yang kini sedang viral itu ternyata pernah diunggah oleh akun Fanpage Facebook Cahaya Surga pada 26 April 2018 silam.
Hingga hari ini, Rabu (30/7/2019), postingan itu sudah dibagikan sebanyak 11 ribu kali.
Dikutip dari Grid.id, Informasi tentang pisang yang mengandung darah penderita HIV ini berawal dari seorang bocah berusia 10 tahun yang membeli pisang di sebuah supermarket di Tulsa, Oklahoma.
Setelah mengonsumsi pisang tersebut, bocah itu langsung dilarikan ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi dan sakit kepala selama 7 hari.
Setelah dilakukan tes darah, bocah itu dinyatakan positif terkena virus HIV.
Tak selesai sampai di situ, 8 anak lain rupanya juga mengalami hal serupa.
Peristiwa ini membuat Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat buka suara setelah berita tersebut menyebar dan menjadi viral.
Pihak CDC mengatakan bahwa cerita tersebut adalah hoaks, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan.