Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Penutupan Sunan Kuning, Suwandi: Jika Ingin Ditutup Segera Dilakukan, Kalau Belum Siap Tunda Dulu

Warga binaan maupun warga sekitar lokalisasi Argorejo alias Sunan Kuning menunggu kepastian Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terkait rencana

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN
Satpol PP melakukan sosialisasi persiapan penutupan Lokalisasi Sunan Kuning bersama para pengusaha karaoke di Balai RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Rabu (4/9/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Warga binaan maupun warga sekitar lokalisasi Argorejo alias Sunan Kuning menunggu kepastian Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terkait rencana penutupan prostitusi di Sunan Kuning.

Hal ini mengingat semakin hari aktivitas perekonomian di wilayah Sunan Kuning semakin sepi.

Hal tersebut dikatakan Ketua Resosialisasi Argorejo, Suwandi, Rabu (4/9/2019).

Suwandi menyebut, jumlah tamu yang datang ke Sunan Kuning semakin hari sudah semakin berkurang.

Penurunan jumlah tamu mencapai 50 persen dari kondisi sebelum adanya rencana penutupan prostitusi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Tentu, hal ini membuat aktivitas perekonomian di wilayah Sunan Kuning semakin redup.

"Semakin sepi.

Sejak diberitakan di media massa bahwa Sunan Kuning tutup 15 Agustus, penurunan jumlah tamu sangat drastis.

Tamu pada takut datang ke sini, mungkin mereka tahunya sudah tutup," jelas Suwandi.

Dedy Yon Ungkapkan Keinginan Berangkat ke Tanah Suci Bersama Warganya

Remaja di Pekalongan Ini Panik dan Takut Saat Ditilang Pakai Motor Kakak, Begini Nasibnya

Pelanggar Lalu Lintas Tak Pakai Helm Terbanyak di Kota Tegal Selama Operasi Patuh 2019

Pemandangan Miris, Warga Mampu di Pekalongan Titipkan Keluarganya di RPSBM karena Malu

Suwandi telah bersedia jika lokalisasi ditutup.

Pihaknya mendukung kebijakan pememerintah terkait penutupan prostitusi di Indonesia.

Dia pun berharap Pemkot segera mengambil tindakan terkait rencana penutupan ini, termasuk rencana pengalihfungsian kawasan Sunan Kuning agar perekonomian warga kembali stabil.

Jika pemerintah memang belum siap menutup, dia berharap untuk ditunda terlebih dahulu.

"Jika ingin ditutup ya segera tutup.

Kalau belum siap ya ditunda dulu biar warga kami juga nyaman," ujarnya.

Hingga saat ini, Suwandi mengaku belum dapat kepastian rencana penutupan, termasuk besaran dana tali asih yang akan diberikan kepada masing-masing wanita pekerja seks (WPS).

Terkait rencana pengalihfungsian kawasan dari pusat prostitusi menjadi kampung tematik, dia berharap wisata karaoke tetap dihidupkan melalui penataan yang lebih baik.

Jika harus mengajukan izin, pihaknya pun akan mengakomodir perizinan secara kolektif.

Ada 179 wisma yang saat ini beroperasi di Sunan Kuning.

Sementara, pemilik karaoke Wisma Maharani, Rohmat mengatakan, usaha karokenya saat ini masih buka.

Ada delapan pemandu lagu dan dua operator di wismanya.

Saat hari H penutupan prostitusi, dia siap untuk menutup sebagai bentuk penghormatan.

Namun, setelah penutupan nanti, dia berharap pemerintah bisa melegalkan usaha karaoke.

"Harapannya tetap buka, bisanya karaoke mau bagaimana lagi.

Kaitannya itu nanti mau dibuat yang lebih legal kami ikuti acuan Pemkot," harap Rohmat.

Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, hingga saat ini Pemkot belum melakukan tindakan penutupan.

Anggaran penutupan berkaitan dengan dana tali asih masih belum dapat dicairkan.

Pasalnya, DPRD Kota Semarang periode 2019-2024 ini belum lama dilantik.

Alat kelengkapan dewan masih dalam proses penyusunan.

Sehingga, anggaran dana penutupan masih menunggu alat kelengkapan dewan.

"Anggaran masih menunggu karena posisinya memang dewannya baru dilantik, alat kelengkapan masih disusun.

Begitu alat kelengkapan dewan sudah lengkap, akan segera dibahas.

Pemberian santunan nanti bisa saja akhir September atau akhir Oktober" katanya.

Diakuinya, pemkot butuh waktu yang tidak singkat untuk mengalifungsikan kawasan tersebut.

Warga pun belum kepikiran akan membuka usaha apa untuk mengganti usaha karaokenya.

Sehingga mereka saat ini menghendaki karaoke tetap buka.

"Memang sejak awal para pengusaha karaoke menghendaki karaoke buka.

Kalau memang begitu ya karaoke bisa diubah jadi karaoke keluarga.

Kami tidak dapat langsung mengatakan harus begini harus begitu karena pengubahan tidak bisa secepat kilat.

Seiring perjalanan waktu penataan 2020-2021 nanti pasti bisa berubah.

Memindahkan tempat ini itu tidak seperti membalikkan tangan," paparnya. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved