Wawancara Eksklusif Manager Tim PB Djarum Fung Permadi Terkait Polemik KPAI Vs Djarum
Bertepatan dengan penyelenggaraan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis di Purwokerto, Sabtu (7/9/2019) PB Djarum resmi pamit.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: galih permadi
Bagaimana rencana penjaringan bibit atlet secara konvensional?
Kita mengadakan pemantauan turnamen-turnamen di Indonesia.
Juga bisa mengundang atlet yang kami pandang berpotensi.
Kami bisa undang untuk tes di Kudus.
Seperti selama ini yang kita lakukan sebelum audisi umum digelar mulai 2006. Kami akan ada beberapa rekanan sesama klub bulu tangkis.
Efektif mana penjaringan dari pantauan dengan audisi umum?
Mungkin ada sedikit perbedaan sebelum 2006 konvensional dengan yang sekarang.
Sekarang adik-adik atlet banyak sekali animonya.
Artinya atlet bulu tangkis secara jumlah bertambah.
Dulu sedikit atlet dan turnamen juga tak banyak. Melalui audisi umum bisa lebih menjangkau bibit terpendam di daerah.
Tanpa nama Djarum di kaus hilangkan imej eksploitasi anak?
PB Djarum kan sudah punya reputasi. Kalau diganti kan berarti nama baru. Berarti reputasinya kosong. Kami keberatan.
Apa bedanya Djarum dengan PB Djarum?
Kalau omong itu ya pasti terkait.
Tapi PB Djarum bernaung di bawah Djarum Foundation. Ini bentuk CSR dari PT Djarum.
Kalau CSR kan untuk pekerjaan-pekerjaan sosial.
Kita sungguh-sungguh ingin bisa membangun kejayaan bulu tangkis Indonesia dimulai dari regenerasi atlet kecil.
Kenapa kita pakai atlet usia 10-11 tahun? Waktu pembinaan tidak instan.
Kalau mengacu pada prinsip 10 ribu jam latihan, kira-kira dibutuhkan 7-8 tahun untuk mereka bisa bersaing di tingkat nasional.