Budidaya Belatung Maggot di Pekalongan, Solusi Mendulang Rupiah dan Mengurai Sampah Organik
Mendengar kata belatung pastinya langsung bulu kuduk merinding. Pasalnya, belatung identik dengan sesuatu yang busuk
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: muslimah
Setelah itu, Pre-pupa akan berubah menjadi lalat BSF.
Kemudian lalat BSF betina akan menghasilkan telur pada media kayu yang ditumpuk, selanjutnya lalat-lalat itu akan mati.
"Ini bukan lalat hijau, jadi lalat ini hanya hidup 7 hari saja, setelah bertelur dia mati. Bertelurnya pun media kayu yang sudah ditumpuk, bukan makanan. Sepasang lalat bisa menghasilkan 500 sampai 900 butir telur," jelasnya.
Selanjutnya telur-telur lalat BSF tersebut akan ditimbang seberat 5 gram untuk kemudian dipindahkan ke media dedak dan ditetaskan dalam waktu 4 sampai 5 hari.
Setelah telur-telur menetas, barulah dipindahkan ke kotak biopond yang medianya berupa sampah organik basah selama 15 hari agar maggot bisa dipanen.
"Untuk satu kilogram maggot yang berumur 15 hari dijual dengan harga Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu.
Sedangkan maggot yang sudah berwarna hitam atau bibitnya prepupa 1 kg dijual Rp 60 ribu. Biasanya pembeli yang datang sendiri.
Kebanyakan maggot untuk campuran pakan ternak seperti ayam dan ikan," ujarnya.
Menurutnya untuk makanan maggot cukup ringan.
Ia hanya mengumpulkan sampah-sampah organik baik sampah di rumah-rumah tangga maupun rumah makan.
"Sehari saya dua kali mengambil sampah makanan yang ada di dekat rumah.
Pagi sebelum berangkat kerja saya mengambil sampah, kemudian malam hari sekitar pukul 22.00 WIB saat warung makan.
Setelah mengambil sampah, semua sam diletakkan di tempat maggot. Setiap hari saya bisa mengambil sampah makanan 20-30 kilogram.
Kemudian, untuk kendala budidaya maggot yaitu mental mengambil sampah.
Karena, pasti akan malu jika mengambil sampah di jalan raya," jelasnya.