Wawancara Eksklusif Gus Yaqut Ketua Umum GP Ansor: Eks HTI Mencoba Memukul Balik
Berikut wawancara khusus Tribun Jateng dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut
Penulis: m nur huda | Editor: abduh imanulhaq
Masih perlu ada beberapa yang perlu diperdalam untuk diteliti kemudian diperdalam lagi. Selanjutnya diumumkan ke publik kalau memang masalah Papua mau selesai.
Mengapa nama Ansor dilibatkan dalam kerusuhan Papua?
Apapun di Indonesia terkait pertahanan dan keamanan, kalau tidak ngajak Ansor-Banser kan tidak seksi isunya.
Ada identifikasi siapa aktor yang memojokkan Ansor atau Banser?
Eks HTI yang mencoba memanfaatkan ini untuk kembali eksis. Kalau toh tidak bisa eksis, setidaknya bisa memukul balik Banser.
Dibuat isu seolah apa yang terjadi di Papua itu karena Banser yang melakukan, tapi itu gagal. Karena itu tidak mungkin. Kader Ansor-Banser menciptakan kerusuhan di bagian republik ini? Itu sangat tidak mungkin.
Ada upaya Ansor untuk ikut mendinginkan masalah Papua, baik tingkat lokal maupun nasional?
Pertama, ketika muncul ribut-ribut itu, saya langsung instruksikan pada seluruh kader Ansor-Banser di daerah di mana ada Asrama Mahasiswa Papua supaya Banser ikut menjaga. Jangan sampai pola penyerbuan seperti di Surabaya terulang di tempat lain.
Kedua, kami menyarankan kepada pemerintah agar negara hadir dalam persoalan terutama di Papua. Negara jangan hanya memandang problem Papua dari kacamata Jakarta saja, tanya apa sih yang dibutuhkan Papua.
Meski pemerintah membangun infrastruktur besar di Papua itu bukan cara yang salah, tapi apakah masyarakat Papua hanya butuh infrastruktur? Tidak butuh yang lain? Ini harus diajak bicara.
Ketiga, kita menyarankan pada pemerintah, agar narasi yang dibangun terkait Papua itu tidak narasi yang Jakarta-centris. Misalnya Freeport, ketika Freeport diambil alih Indonesia, narasi yang dibangun Freeport kembali ke pangkuan Indonesia, titik. Akan lebih menarik, Freeport kembali ke Indonesia dan akan digunakan untuk sebesar-besarnya untuk rakyat Papua.
Itu kan lebih kelihatan oke meskipun cuma narasi, tapi itu penting. Hal ini yang harus dilakukan pemerintah. Ajak mereka bicara hati ke hati seperti Gus Dur. Jangan ketika ini muncul masalah besar di Papua, Jakarta malah bersikap keras dan seolah konfrontatif, itu bukan pilihan yang bijak.
Saya sudah minta pada kader Ansor di sana untuk komunikasi dengan ketua adat di Papua, dan itu sudah dijalankan. Dan alhamdulillah, di beberapa kejadian kita terlibat meredam massa agar tak melakukan tindakan anarkis.
Perbedaan pandangan di masyarakat, seolah ideologi negara perlu diganti. Pandangan Ansor?
Indonesia itu tanah yang diberkahi. Bayangkan dengan 17 ribu pulau, dengan 1.300 suku bangsa, 740 bahasa dan 6 agama, 300 etnis yang berbeda, Indonesia tetap bersatu. Indonesia tidak pecah. Itu karena kita memiliki ideologi yang kuat memiliki dasar negara yang kuat bernama Pancasila.