Wawancara Eksklusif Gus Yaqut Ketua Umum GP Ansor: Eks HTI Mencoba Memukul Balik
Berikut wawancara khusus Tribun Jateng dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut
Penulis: m nur huda | Editor: abduh imanulhaq
Kalau tiba-tiba ada orang datang ingin mengubah ideologi bangsa ini, kita harus menduga orang ini tidak menawarkan ideologi demi Indonesia tapi untuk kepentingan menghancurkan Indonesia. Jika ada kelompok yangmenawarkan ideologi lain di luar yang sudah menjadi kesepakatan bersama para pendiri bangsa yakni Pancasila dan NKRI, saya kira semua harus melawan, itu tidak boleh ada.
Buktinya sampai hari ini Indonesia masih tegak berdiri dengan berbagai perbedaan.
Upaya konkret Ansor mempertahankan ideologi bangsa dan tegaknya NKRI?
Saya selalu katakan, upaya kaderisasi terus menerus adalah bagian dari upaya mempertahankan ideologi negara. Dalam kaderisasi ini selalu ditanamkan kecintaan pada negara dan tanah air dan seterusnya. Diyakinkan pada kader bahwa mempertahankan tanah air ini sama dengan mempertahankan warisan para Kiai, warisan Muassis Jamiyah NU. Itu harga diri, tidak boleh diinjak oleh orang yang ingin mengganggu eksistensi negarai ni. Itu yang terus kami tekankan.
Kalau dalam gerakan di lapangan, kita bisa lihat teman-teman di daerah, setiap kegiatan selalu melibatkan pemeluk agama yang berbeda. Kami tidak pernah memandang etnis dalam melakukan aktivitas organisasi. Itu bagian dari upaya kita merawat Indonesia.
Termasuk kami menjaga rumah ibadah agama lain. Banser menjaga gereja, itu juga bagian dari upaya menjaga keberagaman. Gus Dur pernah mengatakan, menjaga gereja itu bukan semata menjaga gereja secara fisik tapi juga menjaga Indonesia.
Karena kita yang muslim mayoritas, maka yang mayoritas wajib melindungi yang minoritas. Dan ini saya kira menjadi keyakinan dan terpatri dalam kesadaran kader Ansor dan Banser.
Pesan pada masyarakat terkait pandangan kepada Ansor?
Pertama, jangan pernah ragukan Ansor dalam mengabdikan diri pada Tanah Air ini. Yakinlah bahwa Ansor tidak mungkin melakukan sesuatu di luar akal sehat.
Kedua, Ansor selalu mengorientasikan setiap gerakannya untuk bangsa dan negara serta kepada ulama. Maka tidak ada cerita, selama ini difitnah Banser bubarkan pengajian, itu tidak ada. Wong kami melindungi ulama. Kalau ada kelompok yang menyebut Ansor membubarkan pengajian, apakah benar?
Kalau Ansor menolak beberapa ustadz atau penceramah memang iya, tapi mesti dilihat dong alasannya. Semisal yang pernah terjadi misalnya Ansor menolak Felix Siauw karena dalam setiap ceramahnya, baik eksplisit maupun implisit, selalu menawarkan Khilafah Islamiyah, bentuk negara yang di luar kesepakatan kita, NKRI ini.
Jadi kami tidak membayangkan, kalau Ansor Banser tidak secara tegas di mana-mana melakukan penolakan pada gerakan yang menginginkan bentuk negara lain, mungkin Indonesia sudah tidak karu-karuan.
Kami melakukan ini dengan cuma-cuma. Kami tidak mendapatkan fasilitas dari negara. Ini bentuk kecintaan kami kepada Tanah Air.
Apakah perlu ada kader Ansor di Kabinet Jokowi Jilid II?
Saya kira tidak ada keharusan, memilih menteri itu hak prerogatif Presiden. Tapi ketika kami mengusulkan nomenklatur-nomenklatur, tentu boleh dong mengusulkan menteri yang secara khusus mengurusi ekonomi kerakyatan, pendidikan vokasi. Boleh dong mengusulkan itu.