Beberapa Siswa SMP di Mranggen Pindah Sekolah Setelah Terlibat dalam Video Tawuran yang Sempat Viral
Video viral yang sebelumnya beredar nampak puluhan siswa mengenakan seragam sedang melakukan konvoi dengan membawa clurit.
Penulis: Moch Saifudin | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Video viral yang sebelumnya beredar nampak puluhan siswa mengenakan seragam sedang melakukan konvoi dengan membawa clurit.
Kemudian Polsek Mranggen, Polres Demak, Polda Jawa Tengah mendatangi siswa dari SMP di Mranggen yang terlibat dalam video tersebut.
"Polsek Mranggen mengumpulkan 28 siswa untuk mendapatkan pembinaan di Mapolsek Mranggen.
Selama dua hari, Jumat-Sabtu (27-28/9/2019), siswa mendapatkan pembinaan dan pulang dijemput orangtuanya," jelas Wakil Kepala Sekolah SMP di Mranggen, Hery Sarwanto, Senin (30/1/2019).
Hery menyebut, Polres Demak, dalam hal ini Polsek Mranggen melakukan langkah cepat.
Pembinaan tersebut dilakukan karena disinyalir ada langkah balasan setelah video yang beredar tersebut.
Dalam video tersebut terdapat kelompok siswa merusak satu motor siswa sekolah lain.
• Tri Sebut Banyak Organisasi Bantuan Hukum Gagal saat Ajukan Akreditasi
• Tukang Ojek di Tegal Ini Patok Tarif 1 Km Rp 60 Ribu, Lihat Apa yang Diangkut
• Dugaan Pungli hingga Rp 70 Juta di Pasar Buah dan Sayur Pemalang, Kepala Pasar Sebut Cuma Dititipkan
• 14 Polisi yang Tangkap Tahanan Kabur Dapat Reward, AKBP Adi Sebut Penjaga Sel Tak Pantas Dicontoh
"Dari pihak siswa yang motornya dirusak tersebut beredar kabar akan melakukan tindakan balasan.
Sehingga Polsek Mranggen imbauan dari Kapolres Demak langsung melakukan pembinaan," jelasnya.
Sementara, Hery membenarkan bahwa video yang sempat viral tersebut merupakan siswa di SMP Mranggen.
Ia menyebut setidaknya ada 28 siswa yang mendapat binaan dari Polsek Mranggen.
"Kendati demikian pihak sekolah tidak diam baik sebelum dan sesudah video tersebut beredar," terangnya.
Hery menyebut, video yang sempat beredar tersebut terjadi di luar kegiatan sekolah.
Yakni, di jalanan yang dikelilingi persawahan.
Hery menjelaskan pihak sekolah telah melakukan beberapa langkah.
Diantaranya mengidentifikasi siswa yang terlibat, dan memberikan tindakan lanjutan.
"Kami mengategorikan 28 siswa tersebut baik dari tatatertib sekolah dan data dari Polsek Mranggen.
Kategori tersebut ada yang sebagai koordinator, ikut-ikutan, dan iseng.
Kami mengategorikan siswa kedalam tiga jenis.
Pelanggaran ringan, sedang, dan berat," ucapnya.
Heri melanjutkan, sejumlah siswa yang dianggap telah melakukan pelanggaran serupa sebelumnya, seperti halnya bertengkar di sekolah, pihak sekolah memanggil orangtua/wali siswa tersebut untuk mengikuti rapat.
Heri menyebut, dari hasil rapat tersebut, setidaknya dari 9 siswa, orangtuanya mengajukan surat pindah.
"Orangtua siswa tersebut sepertinya sudah merasa bahwa anaknya sudah keterlaluan.
Mungkin mereka berfikir, jika tidak pindah, nantinya juga akan dikeluarkan," terangnya.
Ia menyebut, 9 siswa tadi ada yang pindah ke sekolah lain, dan ada juga yang pindah ke pondok pesantren.
Sementara untuk siswa dalam kategori telah melakukan pelanggaran ringan dan sedang, pihak sekolah melakukan pembinaan khusus.
Ia menyebut, 19 siswa tersebut misalnya mendapat pengajaran tidak di ruang sekolah, melainkan di musala sekolah, dan mendapat tugas-tugas tambahan lainnya.
"Sekolah berusaha membina siswa tersebut, diantaranya juga dengan mengajak salat dhuha setiap harinya, dan lainnya," terangnya.
Hery menyebut hal tersebut merupakan proses pembelajaran, baik bagi siswa maupun pihak sekolah. (Tribunjateng/Moch Saifudin)