Pamit, Inilah Akitivitas Fahri Hamzah Seusai Tidak Menjabat Wakil DPR RI
Mantan Wakil DPR RI, Fahri Hamzah pamit setelah dinyatakan tidak menjadi anggota legislatif periode 2014-2019.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Mantan Wakil DPR RI, Fahri Hamzah pamit setelah dinyatakan tidak menjadi anggota legislatif periode 2014-2019.
Melalui akun Twitter pribadinya @Fahrihamzah yang ia tulis pada Senin (30/9/19).
Fahri Hamzah izin pamit setelah puluhan tahun berkarier sebagai anggoat dewan.
Ia lantas menceritakan perjalanan hidupnya dari mahasiswa yang rajin ikut demo hingga menjadi wakil ketua DPR RI.
Pria kelahiran 10 November 1971 itu lantas meminta maaf atas segala kesalahan selama ia menjabat sebagai anggota dewan.
"Ijin pamit kawan,
Saya pernah demonstrasi di jalan...
Lalu diminta presiden #Habibie menjadi anggota MPR terrmuda..
Lalu 15 tahun menjadi anggota DPR RI dan 5 tahun terakhir menjadi pimpinan. Malam ini Sy pamit berhenti menjadi pejabat pemerintahan.
Saya ikut menggugat rezim orde baru. Saat itu para demonstran jalanan hari ini belum lahir ke atas dunia ini. Rezim itu kuat luar biasa. Tidak ada gas air mata yang ada adalah peluru tajam. Kami lahir pada saat bangsa ini bungkam dan tertutup awan gelap ketakutan.
Alhamdulillah, 20 tahun ini reformasi lahir dan tumbuh menjadi kenyataan tapi demokrasi kita tetap memerlukan perjuangan. Tidak ada yang datang dari langit semua wajib diperjuangkan. Dan 15 tahun terakhir saya mencoba membangun kepercayaan. Hingga dipilih mendapat kepercayaan.
Terima kasih kepada warga Nusa Tenggara Barat yang memilih saya terus dengan suara yang terus mengalami tambahan. Saya percaya bahwa kepercayaan itu mahal dan saya telah mengakhirinya dengan baik. Saat saya tidak maju banyak warga NTB bertanya, kenapa tak maju lagi?
Rasanya cukup untuk sementara menyertai 20 tahun masa transisi. 1998-2018 dan 1999-2019 seperti menjadi angka baik bahwa 20 tahun ini adalah masa awal formasi negara demokrasi yang masih belia. Akan ada gejolak yg mengantarkan kita pada keseimbangan baru. Sebuah kematangan.
Saya memiliki banyak pandangan telentang keadaan. Mungkin sebagian tidak mengerti bahkan menentang. Tak mengapa. Tapi saya tak akan melepas apa yang menjadi keyakinan. Saya sangat percaya bahwa troika pilar; narasi, birokrasi dan kepemimpinan mengidap persoalan mendasar.
Tak muda menyembuhkan dan tak mudah menunjukkan apa inti persoalan. Sikap dangkal dan menganggap remeh persoalan itulah masalahnya. Kebenaran tidak mau diyakini karena memerlukan pandangan yang tak terpengaruh oleh apa yang kasat mata; pesta dan hura2 festival luar biasa.
Sampai datang kejernihan. Dan ruang publik kita seperti sedang mengeruh menyambut yang jernih setelahnya. Jangan ikut membuat keruh tapi jadilah yang berdiri dan menawarkan kejernihan, kejernihan pikiran, jiwa dan tindak perbuatan. Akan datang masa yang indah kembali.
Optimis lah, bangsa ini menyimpan kearifan sebagai tenaga jiwa yang kuat dalam relung bumi dan angkasa INDONESIA. Dalam Samudera dan belantara nusantara. Dalam turun temurun manusia Indonesia yang telah bersumpah menjaga tanah air, bangsa dan bahasa sampai titik akhir nafas.
Aku adalah debu Tuhan, terbang entah kemana...hinggap entah dimana..tapi aku INDONESIA...agamaku adalah pilihan tapi negeriku adalah nasibku yang takkan aku lepas sampai ajalku tiba...aku lahir di sini aku ingin mati dan dikubur di dalam tanah negeri ini yang menantiku pulang.