Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI Utami Widyatama : Eksistensi Sega Jamblang

Makanan khas Cirebon yang kian populer. Yak, “sega jamblang”atau nasi jamblang, awalnya sebagai “sedekah” bagi para pekerja buruh

Bram
Utami Widyatama 

Oleh Utami Widyatama

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Makanan khas Cirebon yang kian populer. Yak, “sega jamblang”atau nasi jamblang, awalnya sebagai “sedekah” bagi para pekerja buruh pada zaman kolonial Belanda. Pencetus kuliner antimainstream ini berasal dari daerah Jamblang, yakni di sebelah Barat kota Cirebon, Jawa Barat. Sega Jamblang juga pernah dijadikan icon kota Cirebon, bahkan ada yang mengatakan jika ke daerah cirebon belum mencicipi makanan khas tersebut rasanya belum “afdol”.

Berawal dari sekadar “sedekah” lama kelamaan sega jamblang berkembang pesat di berbagai daerah Cirebon bahkan ada juga yang membuka cabang diluar kota Cirebon. Tentu yang menjual adalah orang Jamblang yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Konon, pada zaman dahulu orang banyak meninggal karena kelaparan akibat pembuatan jalan raya 1000 km yang dibangun oleh penjajah belanda. Pembuatan jalan tersebut melewati daerah Cirebon. Oleh karena itu masyarakat pribumi membagikan nasi sebagai “sedekah” untuk para pekerja buruh.

Dari pinggiran kota Cirebon, pembuat sega jamblang bertambah ke kota Cirebon yakni pada saat dibangun pabrik gula di Palimanan, Stasiun Kereta Api Parujakan, dan Pelabuhan Cirebon. Banyak pekerja buruh dari waktu ke waktu yang dipaksa untuk bekerja. Namun, masyarakat jaman dahulu banyak yang menabung beras jika mempunyai beras, karena jaman dahulu mata uang belum banyak. Oleh karena itu, kalau orang dahulu menjual nasi itu tidak banyak atau tidak boleh “pamali” mengingat banyak orang yang kelaparan.

Eksistensi sega jamblang kian meningkat saat persaingan makanan modern kian “menjamur”. Jaman modern sekarang, makanan khas orang barat merajalela dan tak bisa dibendung, seperti cafe-cafe, KFC, PIZZA HUT, starbucks coffee, dan lain-lain. Tapi, penikmat sega jamblang juga tak kalah banyak dan tak kalah eksis di tengah kota Cirebon. Seperti “Sega Jamblang Bu Nur”dan “Sega Jamblang Mang Dul”. Rumah makan yang berada di tengah kota ini sukses berjajar dengan merk luar negeri yang tak kalah eksisnya. Yak, setiap hari mereka menghabiskan satu sampai dua kuintal beras untuk para pelanggannya. PemandanganYang sering diliat hampir setiap hari, para penikmat makanan khas ini selalu ada saja yang mengantri. Bahkan tak jarang para turis dan media televisi mondar-mandir meliput kelezatan makanan khas ini.’

Bukan hanya kelezatan yang bisa mereka cicipi, tetapi ada keistimewaan lain dari kuliner ini. Tampilan sega jamblang sekilas mirip dengan makanan khas Jogjakarta yaitu angkringan.

Nasi angkringan juga memiliki porsi yang kecil sama seperti sega jamblang, bedanya sega jamblang biasa dibungkus dengan daun jati. Konon saat kolonial Belanda, banyak orang meninggal akibat kerja paksa, dan masyarakat yang kelaparan banyak sekali, akhirnya sega jamblang diproduksi banyak oleh masyarakat sekitar. Akibatnya daun pisang didaerah tersebut habis dan mencari pengganti yakni daun jati. Yak, daun jati ini yang menjadikan sega jamblang lebih “pulen” dan tahan lama sampai sehari penuh.

Sebelumnya menggunakan daun pisang nasi cepat basi dan tekstur dari daun pisang tersebut lebih mudah robek. Semenjak itu daun jati menjadi pilihan karena pori-porinya dapat memberi ruang untuk nasi agar tidak mudah busuk. Akhirnya para pembuat sega jamblang banyak memesan daun jati tersebut di daerah kadipaten pada tahun 1907 dengan menggunakan kereta api.

Keistimewaan lain adalah cara memasaknya, bahan bakarnya harus menggunakan kayu bakar. Jika menggunakan kompor minyak atau kompor gas maka rasa dari masakan pun akan berbeda, kurang sedap tentunya. Apabila nasi telah masak, lalu diaduk-aduk sambil “diakeul”. Diakeul adalah cara orang mengkipas dengan mengguanakan tangan sendiri dan diaduk-aduk.

Kipasnya terbuat dari anyaman bambu. Ciri khas lain dari masakan ini adalah lauknya bisa bermacam-macam, dan bentuknya perasmanan. Dahulu, lauk sega jamblang hanya tiga macam, sekarang berkembangnya zaman lauk pauk sega jamblang ada tiga puluh macam bahkan ada yang bilang lebih dari lima puluh lauk pauk yang bisa diicip. Lauk yang khas sega jamblang yaitu “balakutak”. Balakutak adalah sejenis sotong, dimasak dengan tintanya. Sekilas nampak menghitam, memang tidak mengundang selera untuk dimakan. Dan ketika disantap, balakutak memang lauk jagoan sega jamblang.

Kebanyakan lauk pauk yang disajikan berisi masakan laut atau biasa disebut seafood. Secara letak geografis kota Cirebon berada di Pesisir Utara atau Pantai Utara Jawa (pantura). Makanan laut melimpah, seperti pepes rajungan(sejenis kepiting), udang goreng, udang saos tiram,ikan asin. lauk lain yang paling banyak diambil adalah otak sapi, goreng paru, perkedel, semur jengkol, sate telur puyuh. Ikan asin ada dua jenis yakni jambal roti dan asin cucut.

Cucut ini sebutan untuk daging ikan hiu. Tak kalah menarik yang menjadi ciri khas lagi yaitu sambalnya. Walaupun rata-rata masakan sudah pedas tetapi kurang lengkap rasanya kalau tidak mengambil sambal ketika memilih lauknya. Sebab, sambal sega jamblang berbeda dari sambal lain. Cabai merah yang tidak digiling tapi dirajang, sehingga teksturnya terlihat jelas dan tentunya terasa pedasnya.

Sega jamblang merupakan salah satu destinasi wisata kuliner yang cukup populer dan menjadi favorit warga lokal maupun interlokal. Banyak makanan barat yang sudah lama masuk ke kota Udang tersebut. Bahkan sudah disebut “mentereng” di mall-mall dan di jalan pusat kota. Bukan hanya itu, sega jamblang menjadi legenda karena asal-usul dan pembuatnya yang turun-temurun menjual sega jamblang.

Berawal dari “sedekah sega” untuk para pekerja buruh, lalu karena segala sesuatu harus ada timbal baliknya akhirnya lama kelamaan para pekerja buruh membayar dengan uang seadanya. Mengingat uang masih jarang dan keadaan masih dijajah membuat sega jamblang dulunya hanya berisi tiga lauk pauk saja. Dan kini sudah lebih dari lima puluh lebih lauk yang disajikan dengan perasmanan dan lesehan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved