Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mengenal Kopi Capar Khas Salem Brebes, Ada Beberapa Varian dari Pahit hingga Jantan

Nama kopi Capar atau kopi Abah Capar diambilkan dari nama desa pemroduksi kopi tersebut yaitu Desa Capar, Kecamatan Salem, Brebes.

Penulis: m zaenal arifin | Editor: Daniel Ari Purnomo
tribun jateng/ M Zaenal Arifin
Seorang warga Desa Capar, Salem, Brebes, menunjukkan tanaman kopi yang sudah berbuah, Sabtu (16/11/2019) kemarin. 

TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Tak banyak orang tahu jika Kabupaten Brebes memiliki produk kopi.

Selain dikenal sebagai penghasil bawang merah dan telur asin, kabupaten yang terletak di ujung barat Jawa Tengah tersebut memiliki produk kopi unggulan yang dikenal dengan nama kopi Capar.

Nama kopi Capar atau kopi Abah Capar diambilkan dari nama desa pemroduksi kopi tersebut yaitu Desa Capar, Kecamatan Salem, Brebes.

Sebuah desa terpencil di tengah hutan di wilayah selatan Kabupaten Brebes.

Desa Capar berbatasan langsung dengan Desa Ciangir dan Ciberem, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Kopi Capar merupakan kopi jenis robusta yang ditanam warga Desa Capar di lahan seluas 200,5 hektar meliputi lahan pribadi dan milik Perhutani.

"Dalam satu tahun, produksi kopi mencapai 20 ton yang dikelola sendiri. Itu belum termasuk yang dijual ke luar daerah melalui tengkulak," kata Kepala Desa Capar, Kusminta, kepada awak media yang berkunjung, Sabtu (16/11/2019) lalu.

Jantung Anda Sering Berdetak Kencang? Itu Efek Terlalu Banyak Minum Kopi, Berikut Penjelasannya

Obati Mata Bengkak Tak Perlu Ribet, Cukup Pijat Lembut Gunakan Kopi

Video Variasi Es Kopi Susu di Kedai Mas Bro Street Tlogosari Semarang

Desa Capar memiliki jumlah penduduk 800 orang meliputi 458 laki-laki dan 342 perempuan.

Sebagian besar penduduk desa tersebut bekerja sebagai petani dan pekebun dengan kopi sebagai komoditas utamanya.

"Pengembangan kopi di desa kami sudah sampai pengemasan yang dikelola oleh BUMDes. Namun, kami ada kendala yaitu infrastruktur jalan yang masih rusak serta kesulitas jaringan internet," ucapnya.

Kopi Capar jenis robusta diperoleh dari hasil panen warga.

Kopi yang siap dipanen memiliki ciri kemerahan.

Setelah dipanen, biji kopi kemudian dikeringkan dan disangrai menggunakan mesin yang dikelola BUMDes Giri Mulya.

Setelah disangrai, biji kopi tersebut kemudian diproduksi menjadi bubuk kopi.

Setelah itu, dilakukan pengemasan menggunakan kemasan plastik yang sudah berlabel Kopi Capar.

"Berawal karena keprihatinan kami melihat Desa Capar yang banyak produksi kopi tapi tidak ada yang mengolah. Dari situ, kemudian kami melalui BUMDes Giri Mulya memproduksi kopi dengan brand Abah Capar," kata Direktur BUMDes Giri Mulya, Cipto Edi Santoso.

Cipto mengungkapkan, Kopi Capar memiliki keunggulan ketinggian robusta dengan rasa agak mocca dan rempah kayu manis.

Penikmat Kopi Capar pun bisa memilih empat varian yang tersedia jika ingin menikmati berbagai rasa Kopi Capar.

Yaitu varian pahit yang sistem masaknya lebih lama, kedua medium tidak terlalu pahit, ketiga spesial mix yang sudah dicampur gula aren, dan keempat kasar yang diperuntukkan campuran susu.

"Kami juga ada spesial produk yaitu kopi luwak liar. Setiap tahunnya kami hanya memproduksi 10 kg saja, green been. Harganya lumayan lebih mahal," ungkapnya.

Selain itu, BUMDes Giri Mulya juga meproduksi Kopi Lanang atau Kopi Jantan untuk meningkatkan stamina pria.

Khususnya, untuk seseorang yang akan berhubungan badan.

"Untuk pemasaran offline, kami masih di wilayah Kecamatan Salem. Sementara untuk online, kendalanya Desa Capar masuk black spot sehingga tidak ada jaringan internet," paparnya.

Kendati demikian, Kopi Capar hingga saat ini telah menjadi produk unggulan Pemkab Brebes.

Pemerintah telah memfasilitasi pemasaran melalui berbagai pameran di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Camat Salem, Nur Ary HY mendukung pengembangan produk kopi di Salem melalui berbagai upaya.

Selain Kopi Capar yang mulai dikenal luas, saat ini sudah berkembang enam produk kopi jenis robusta di enam desa lainnya di Kecamatan Salem.

"Dalam waktu dekat, kami akan membangun rumah kopi untuk mengumpulkan produk-produk kopi di Salem. Untuk promosi, transaksi, termasuk untuk pengembangannya," katanya.

Dikatakannya, sebenarnya 21 desa di Kecamatan Salem memiliki potensi kopi yang cukup besar.

Dari datanya, seluruh desa di Salem sudah memproduksi 1.203 ton biji kopi dari Januari-Juni 2019 ini.

Pada September lalu, produksi kopi mencapai 401,20 ton.

"Semua kopi jenis robusta. Ini potensi yang besar sehingga perlu dikembangkan menjadi kopi khas Salem," tandasnya. (Nal)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved