Kisah Awal Istilah Pekerja antarJemput PSK hingga Keinginan Warga Bandungan Bersih dari Prostitusi
Rahwono pun mendapati adanya aktivitas negatif mulai dari minum alkohol, transaksi prostitusi, hingga pencurian yang menjadi hal yang sering terjadi
Pasalnya sebelum adanya bisnis hiburan, masyarakat Bandungan sudah banyak yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), swasta, wirausaha, maupun petani.
Menurutnya ditutupnya industri hiburan malam bisa digantikan dengan bisnis pariwisata yang kini tengah menjamur di Bandungan.
Bisnis pariwisata bagi masyarakat justru bisa menghidupi warga Bandungan yang bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Masih bebas
Praktik prostitusi ternyata masih bebas dilakukan di kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pamkab Semarang seolah membiarkan saja para Wanita Pekerja Seks (WPS) bergentayangan di wilayah Bandungan.
Tak ada razia, tak ada penertiban,keberadaan WPS makin menjamur.
Bunga (nama samaran) langsung tersenyum ketika ditanya fenomena prostitusi di kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Wanita asal Salatiga itu terlihat berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepala seraya mengucap bahwa dirinya tidak tahu secara pasti.
Semenjak ia bekerja menjadi wanita penghibur di kawasan Bandungan lima tahun lalu, praktek prostitusi sudah ada.
Hingga kini layanan tersebut masih tetap eksis dan mudah untuk dijumpai,
Dirinya bercerita bahwa di kawasan Bandungan ada beberapa gang perkampungan warga yang digunakan sebagai praktek lokasi prostitusi.
Salah satu yang cukup besar adalah Kalinyamat, di sana selama 24 jam menyediakan wanita pekerja seks.
Bahkan pada saat malam hari wanita-wanita tersebut mejeng di rumah-rumah yang sering disebut dengan nama panti.
Tribun Jateng pun diajak oleh Bunga untuk mengecek kebenaran tersebut. Tepat pukul 00.52WIB, kami memasuki gang Kalinyamat. Lokasinya tak jauh dari pasar Bandungan.
Ketika memasuki gang, kiri-kanan terlihat deretan rumah berukuran sedang yang di dalamnya terdapat wanita berkaian seksi duduk di sofa menghadap ke arah jalan.