Cuma Rp 12 Ribu, Candra Sudah Bisa Makan Pondoh Pecel hingga Sempol Ayam di Pasar Mbatok Karanganyar
Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) para pengunjung memadati kawasan Pasar Mbatok Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, Sabtu (28/12/2019).
Penulis: Agus Iswadi | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) para pengunjung memadati kawasan Pasar Mbatok Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, Sabtu (28/12/2019).
Pasar Mbatok berada di antara Dusun Badan dan Dusun Klotok Desa Kemuning. Jaraknya hanya sekitar 300 meter ke arah timur dari Terminal Kemuning.
Pasar yang menjajakan makanan dan minuman tradisional itu beroperasi setiap dua minggu sekali pada Sabtu dan Minggu, mulai pukul 09.00 sampai 16.00.
Saat mengunjungi pasar yang mulai beroperasi pada Februari 2019 itu, suara gending jawa terdengar dari luar kawasan pasar.
Di depan pintu masuk terdapat loket penukaran mata uang rupiah dengan sejenis mata uang terbuat dari kayu yang disebut ketip.
Setiap satu keping ketip nominalnya sama dengan Rp 2.000.
• Anak Jokowi Bikin Turnamen E-Sport Diikuti 2500 Tim, Gibran : Tak Ada Kaitannya dengan Pilwakot Solo
• Parkir Pinggir Jalan di Daerah Sam Poo Kong Semarang, Yadi Keluhkan Ditarik Rp 70 Ribu Tanpa Karcis
• Penjaga Gawang PSIS Semarang Optimis Musim Depan Skuad Mahesa Jenar Finish 3 Besar Liga 1
• Bupati Pati Sebut Pembangunan Rumah Ibadah Bukan untuk Mengganggu Umat Agama Lain
Dengan mata uang ketip, pengunjung dapat membeli panganan dan minuman yang dijajakan di Pasar Mbatok.
Harga makan dan minumannya cukup terjangkau.
Di setiap lapak pedagang terdapat keterangan harga dari setiap makanan atau minuman yang dijajakan.
Pengunjung dapat menyesuaikan dengan jumlah uang yang ditukarkan.
Uniknya di pasar ini, setiap panganan dan minuman yang disajikan di tempat itu tidak menggunakan wadah berbahan plastik.
Untuk membungkus makanan, pedagang menggunakan daun pohon pisang dan jati.
Sedangkan untuk menyajikan minuman, mereka menggunakan mangkuk yang terbuat dari gerabah.
Setiap gubuk yang digunakan sebagai lapak pedagang, masing-masing diberi nama tradisional seperti Nyai Limbuk, Nyai Sulam, Nyi Gender dan lain-lain.
Juragan Pasar, Dwi Sariyanto mengatakan, Pasar Mbatok berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter.
Tanah tersebut merupakan tanah milik warga yang dikelola oleh Karang Taruna setempat.
Sampai saat ini terdapat sekitar 30-an pedagang yang berjualan.
"Pasar ini untuk memberdayakan masyarakat sekitar agar ekonominya tumbuh berkembang.
Pedagang kebanyakan satu RT, tapi dari lingkungan RT lain juga ada yang bergabung.
Konsep kita bikin pasar tradisonal yang tidak menggunakan bahan plastik.
Kita tambahi pertunjukan seni dan mainan tradisonal seperti egrang dan lain-lain," katanya saat ditemui di pasar, Sabtu (28/12/2019).
Selain menawarkan nuansa tradisional, para pengunjung juga diberi edukasi tentang lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan sampah plastik.
Ia berharap supaya pasar ini dapat terus berkembang.
Pedagang di Pasar Mbatok, Painem mengatakan, sebelum jualan di tempat ini, ia sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga.
Ia berjualan dua minggu sekali setiap Sabtu dan Minggu.
Di lapaknya, pengunjung dapat menikmati sego pecel, sego tumang, pondoh pecel dan tahu gejrot.
Harganya berkisar 2 keping ketip hingga 3 keping ketip.
Painem dan pedagang lainnya, biasanya menukar mata uang ketip yang terkumpul selama dua hari berjualan dengan mata uang rupiah setiap Minggu sore.
"Tukarnya Minggu sore.
Dikumpulkan dulu.
Jumlahnya tidak pasti, kadang dapat Rp 500 ribu, kadang Rp 600 ribu.
Ya alhamdulillah untuk tambahan," ungkapnya saat berbincang di sela melayani pembeli.
Dari pantauan Tribunjateng.com, sembari menggegam keping ketip, Candra (28) Warga Karanganyar tampak berkeliling dari satu lapak pedagang ke lapak lainnya di Pasar Mbatok.
Menurutnya konsep pasar ini bagus karena terdapat nilai-nilai tradisional, selain itu juga dalam menyajikan panganan dan minuman sama sekali tidak menggunakan wadah berbahan pastik.
"Konsepnya bagus.
Tadi tukar uang Rp 12 ribu dapat enam keping ketip.
Bisa buat beli pondoh pecel, dawet ayu dan sempol ayam, "ungkapnya. (Ais).