Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Intelijen Israel Dilaporkan Berperan Dalam Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani Oleh AS

Intelijen Israel dilaporkan membantu operasi AS dalam membunuh jenderal Iran, Qasem Soleimani, pada 3 Januari.

Editor: m nur huda
Reuters
Arak-arakan warga Iran saat proses pemakaman Qasem Soleimani, Sabtu (4/1/2020) 

Serangan ini menewaskan juga Abdel Mahdi al-Muhandis, Wakil Komandan Popular Mobilization Unit (PMU), paramiliter di pasukan Irak.

Pembunuhan Qassem ini menyulut pembalasan militer oleh Iran.

Puluhan rudal balistik Iran diluncurkan ke sasaran militer AS di Irak pada 8 Januari 2020.

Trump memutuskan menyerang dan membunuh jenderal kharismatik Iran ini sama sekali tanpa konsultasi dengan Kongres, sesuai amanat konstitusi AS.

Resolusi itu tidak mengikat, tetapi dimaksudkan untuk menegaskan kembali otoritas kongres dan memperingatkan Presiden Trump tindakannya membunuh Qassem salah, dan sudah merupakan bentuk pernyataan perang.

Trump baru memberitahukan pemimpin Kongres sesudah operasi dilaksanakan, demi alasan kerahasiaan.

Dalam pidato nasionalnya, Trump sama sekali tidak menyinggung aksi balasan militer setelah Iran menyerang pangkalan AS di Irak.

Di Balik Pembunuhan Qassem Soleimani Ada Konflik Melibatkan China dan Saudi

Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani meninggalkan misteri tentang apa latar belakang, maksud dan tujuan operasi keji yang dijalankan Pentagon dan CIA.

Betulkah hanya karena ambisi Donald Trump merebut simpati jelang Pilpres AS dan proses pemakzulan dirinya? Benarkah ini murni konflik AS vs Iran?

Betulkah Qassem Soleimani dan Pasukan Quds sedang menyiapkan serangan khusus ke pasukan AS? Ada apa di balik tragedi di Baghdad yg hampir menyulut perang besar ini?

Federico Piaracinni dari The Strategic Culture Foundation dan analis independent tentang geopolitik menulis di situs The Duran, Kamis (9/1/2020). Sebab pembunuhan Qassem menurutnya jauh lebih pelik dari yang dibayangkan orang.

Peristiwa itu termasuk klimaks ketegangan antara Trump dan PM Irak Adil Abdul Mahdi. Spektrum peristiwanya menyangkut kepentingan besar China, Saudi Arabia, dan juga Qatar.

Kasusnya juga menyangkut bisnis migas Timur Tengah, pemenuhan infrastruktur dan kelistrikan di Irak, serta masa depan dolar AS sebagai alat transaksi dagang internasional.

Kok bisa? Begini konstruksi ceritanya menurut Pieracinni. Kisah gelap ini sesungguhnya dibuka Adil Mahdi lewat serangkaian pernyataannya di televisi setelah Soleimani terbunuh.

Lebih detil lagi diungkapkan di parlemen Irak, meski usahanya membuka rahasia ini dihalang-halangi AS lewat Ketua DPR Irak, Mohammad al-Halboussi. Tokoh ini berlatar Sunni, dan punya loyalis cukup kuat.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved